Minggu, 27 Januari 2013

PENGHARAPAN SEJATI



MAZMUR 146
Banyak kejadian buruk menghiasi halaman koran dan layar TV kita. Bencana alam terjadi di mana-mana, kekisruhan politik melanda begitu banyak tempat, atau penyakit yang semakin aneh-aneh wujudnya. Belum lagi masalah ekonomi dan pekerjaan yang semakin sulit didapat. Bila salah satu dari hal buruk itu menghimpit kita, apa kita bisa berkata seperti pemazmur, "Pujilah Tuhan, hai jiwaku" (1)? 
Bagaimana mungkin terus memuji Tuhan?  Hidup kita tidak selamanya senang.  Tidak selamanya sukses, tidak senantiasa badan kita sehat dan seterusnya.  Pemazmur menjawab, “benar, kalau anda hanya melihat kenyataan hidup ini, kalau anda hanya mengandalkan diri sendiri dan orang lain, memang demikian.  Tidak mungkin menjadi kenyataan, kita hidup terus memuji Tuhan.”  Namun kata pemazmur kita bisa terus memuji Tuhan, gembira dan bahagia, kalau kita hanya menggantungkan harapan kita hanya kepada Tuhan.  Maka dikatakan pemazmur bahwa Tuhan yang adalah Pencipta (5-6) dan Raja (10) memperhatikan orang-orang yang beriman kepada Dia, yaitu mereka yang mencari pertolongan-Nya. Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi, bukan hanya peduli pada hal-hal yang besar. Ia juga peduli pada orang-orang yang tertindas, kelaparan, terbelenggu, sakit, atau yang kesepian dan sendirian (7-9). Apakah Allah bisa diharapkan? Ya, Dia setia dan berkuasa (6)! Perbuatan penyelamatan Allah yang dikatakan pemazmur pada pasal ini adalah wujud kepedulian Allah terhadap mereka yang tertindas karena ketidakadilan, yang lemah seperti anak-anak yatim, janda-janda dan orang-orang asing.  Maka pemazmur mengawali dan mengakhiri mazmurnya dengan sebuah panggilan untuk memuji Tuhan (1-2, 10b).
Bagi kita, mazmur ini memberikan sebuah perspektif dalam melihat permasalahan. Bukan memandang seperti seekor katak dalam tempurung, tetapi dari ketinggian hingga bisa memandang lebih luas, seperti mata seekor burung yang sedang terbang. Melihat bukan dari sudut pandang terbatas, tetapi dengan pemahaman bahwa Allah berdaulat dan berbelas kasihan. Hanya Allah yang patut dipuji dan disembah selama-lamanya. Tidak ada suatu kuasa pun yang dapat menandingi Allah. Bahkan kekuasaan para bangsawan dan penguasa mana pun bukan tandingan. Bagi pemazmur, setinggi apa pun kedudukan dan kuasa yang dimiliki seseorang, ia tetap manusia biasa dan tidak akan pernah menjadi Allah (ayat 2, 3), karena kekuasaan manusia tidak pernah memberi hidup. Dialah yang memberi kita hidup dengan segala kemungkinan di dalamnya.
Maka ketika menghadapi masalah dan kesulitan, yang pertama-tama dan yang terutama harus kita lakukan ialah datang hanya kepada Tuhan. Jangan ragu, mintalah pertolongan-Nya. Dia mau mendengar dan memperhatikan permohonan kita. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri.  Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.  TERPUJILAH TUHAN! 


Pdt. Cahyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar