Minggu, 15 April 2012

Meraih Hidup Berkemenangan (2 Korintus 4:16-18, 5:1-10)



2 Korintus 4:16-18: Sebab itu kami tidak tawar hati (putus asa), tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.  17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.  18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

2 Korintus 5:1-5: Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.  2 Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,  3 sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.  4 Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.  5 Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.

2 Korintus 5:6-10: Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan,  7 sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat  8 tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.  9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.  10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Pendahuluan
Selamat sore bapak/ibu yang terkasih dan tercinta di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Bagaimana kabar bapak/ibu sore hari ini? Merupakan suatu anugerah boleh kita bertemu di tempat ini, Allah telah memberikan kita kesehatan, kekuatan, dan kerinduan untuk bisa berkumpul di tempat ini. Saya percaya bapak/ibu semuanya sehat, barusan melakukan pemeriksaan kesehatan dan sekarang kita mengisi kehidupan spiritual kita, bila tadi pemeriksaan fisik sekarang kita merenungkan bersama-sama Firman Allah. Sebelumnya saya berterima kasih kepada komisi Senior yang telah mempercayakan kepada saya untuk menyampaikan Firman Allah kepada bapak/ibu. Dengan sepenuh hati dan rendah hati jujur saya harus banyak belajar kepada bapak/ibu yang telah lama memahami dan merenungkan Firman Allah. Pada kesempatan ini ijinkan saya untuk menyampaikan Firman Allah pada kita sore hari ini. Mari kita membuka Alkitab, dalam 2 Korintus 4:16-18 dan kita lanjut pada 5:1-10. Saya akan membacanya dan bapak/ibu menyimak bersama-sama. Demikian, Paulus berkata…………………..
Bapak/ibu yang terkasih, tema kita pada saat ini adalah “Meraih hidup berkemenangan.” Bapak/ibu, lanjut usia itu merupakan suatu hal yang dialami oleh setiap manusia yang mendapat anugerah Tuhan. Tidak semua orang bisa merasakan umur di atas 50 tahun. Sebagian manusia menempuh dan merasakan bagaimana hidup dalam usia yang semakin tua. Untuk menuju usia yang semakin berumur/tua, tidak lepas dari berbagai masalah dan pergumulan. Setiap manusia pasti mengalami tantangan, tidak terkecuali lanjut usia juga mengalami tantangan-tantangan, masalah-masalah yang dihadapi, pergumulan-pergumulan dan penderitaan, baik secara fisik, psikologi, sosial, bahkan mengalami krisis spiritualitas. Ada berbagai tanggapan terhadap orang-orang yang berada dalam umur yang lanjut usia.
Kurang produktif, Kurang menarik, Kurang energik, mual, letih, berdebar-debar, lebih sensitif, mudah frustrasi, kurang percaya diri, depresi……
ada banyak hal yang meneliti tentang kehidupan lansia
Ini merupakan sebagian dari beberapa penilitian yang sudah dilakukan. Lanjut usia juga tergolong yang memiliki konsep diri, bertanggungjawab, sebagai penasehat/banyak pengalaman, sebagai teladan bagi semua orang. Ini semua masuk dalam masa lanjut usia. Bapak/ibu yang terkasih masa lanjut usia, merupakan masa yang tidak mudah untuk menghadapinya. Ada banyak tantangan yang dihadapi………
Saat saya berada di salah satu gereja untuk pelayanan. Di gereja tersebut, ada seorang jemaat yang tergolong lanjut usia dan mengalami sakit, sakitnya sudah agak lama. Dia adalah salah satu mantan majelis dari gereja tersebut. Saat saya mendengar apa yang dialami oleh bapak ini, bapak ini ternyata mengalami pergumulan besar terhadap apa yang selama ini dia yakini dan alami. Mengapa? sebab permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan mengenai sakit penyakitnya yang tidak kala sembuh. Bapak ini, mempertanyakan kasih Tuhan dan mempertanyakan apa yang dia lakukan selama ini kepada Tuhan, ia telah melayani dan mengabdikan dirinya untuk pelayanan. Tetapi yang dialaminya adalah suatu kondisi yang melemahkan fisik. Apa yang terjadi, dia tidak percaya lagi kepada Tuhan dan menolak untuk dilayani ataupun membaca Akitab. Inilah keadaan/realita dari sekian banyak yang dihadapi oleh anak-anak Tuhan. Iman tidak statis tetapi dinamis, dalam hal ini menghadapi hari-hari depan membutuhkan kekuatan dan pertolongan Allah.
Bapak/ibu yang terkasih, apa yang dialami ke depan kita belum tahu. Apakah kesehatan kita tetap prima, fisik tetap kuat. Namun yang jelas fisik dan kesehatan semakin melemah. Apakah spiritual kita juga ikut lemah atau pelayanan kita semakin kendor, undur dari Tuhan. Bapak yang baru saya saksikan tadi mengalami kehidupan yang tidak kita hendaki untuk terjadi. Masa mudanya dia berikan untuk melayani Tuhan dan sesama, namun di masa tuanya terjadi pembalikkan keadaan dia jatuh sakit dan meninggalkan Tuhannya. Memang hal ini, kita tidak tahu. Tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita menghadapi hari-hari ke depan? Itulah sebabnya saya memberikan tema saat ini “meraih hidup berkemenangan” kita tahu bahwa Allah yang selalu menolong dan menyertai kita, karena, Dia adalah Allah Immanuel.
Bacaan yang kita baca tadi adalah merupakan suatu perikop yang berbicara masa yang akan datang yang memberikan penghiburan dan penguatan kepada kehidupan anak-anak Tuhan. Apa yang di ungkapkan oleh Paulus merupakan sebuah dambaan setiap orang. Paulus dalam hal ini, mengungkapkan apa yang sedang dialaminya dan yang akan dialaminya. Paulus ingin menunjukkan dan menerangkan kepada setiap jemaat mengenai kemenangan yang diperoleh setiap jemaat. Keadaan saat itu, merupakan suatu keadaan yang menggoncangkan iman, keadaan di mana jemaat menghadapi berbagai tantangan hidup dan godaan-godaan: Korintus adalah merupakan kota yang mendapatkan rapor merah, bila kita membaca dalam 1 Korintus, di situ jelas apa yang sedang terjadi dalam kehidupan jemaat. Ada banyak sikap/perbuatan, tindakan yang dilakukan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Pada dua Korintus ini merupakan lanjutan dari apa yang telah ditulis oleh Paulus dalam satu Korintus. Rupa-rupanya permasalahan di jemaat Korintus masih berkelanjutan, terutama dalam pertentangan terhadap pribadinya dan kerasulan Paulus. Para penentang ini ingin agar jemaat tidak banyak yang ikut Kristus, dan ajaran Paulus. Itu halnya paulus menulis surat dua Korintus ini.
Bapak/ibu yang terkasih, dalam perikop yang kita baca adalah bagian dari argumen Paulus terhadap para penentangnya. Paulus di sini mengkisahkan bagaimana kehidupan spritualnya yang semakin bertambah walaupun keadaan fisiknya lemah. Ia bermaksud untuk memberikan penjelasan dan penguatan iman kepada jemaat di Korintus. Pasal sebelumnya membenarkan bahwa kehidupan rasul Paulus dalam pelayanan tidak berjalan dengan mulus. Dia berhadapan dengan penderitaan, tantangan dan pergumulan. Hal ini yang menjelaskan bahwa Paulus dalam segala keterbatasan dan kelemahannya ia tetap semangat dan berjuang dalam imannya untuk memberitakan Kabar Baik. Paulus menemukan kemenangannya lewat spritualitas yang dipupuknya sejak ia mengenal Kristus.
Bapak/ibu yang terkasih, spirtualitas sangat mempengaruhi kehidupan kita di masa depan. Sebuah penilitian ilmiah yang telah dilakukan di New Haven, Connecticut yang mengatakan bahwa spritualitas berpengaruh pada kesehatan dan pola pikir kita. Ellen D. Idler , meneliti 2.811 orang yang berumur 65 tahun ke atas, yang sering ikut ibadah, kebaktian-kebaktian di gereja serta yang ikut doa pagi di New Haven, Connecticut. Dia mengatakan bahwa mereka ini memiliki kesehatan dan cara pandang yang luas di banding dengan yang lain-lainnya, yang tidak ikut kegiatan gerejawi. Menunjukkan bahwa kondisi-kondisi kronis yang lebih sedikit, ketidakmampuan fungsional dan depresi yang lebih rendah.
Bapak/ibu ada beberapa hal yang kita bisa kita pelajari dalam perikop ini yang membawa kita dalam kemenangan atau kemerdekaan dalam mengisi kehidupan kita selama masih mendapatkan anugerah untuk menjalani hidup di bumi ini:

Bagaimana kita meraih hidup berkemenangan?
1. Memiliki Pengharapan (ay. 16-18)
Pengharapan adalah dasar setiap manusia untuk melangkah ke depan. Otto Hentz (52009:5) mengatakan “tanpa harapan tak akan ada masa depan bagi kita, kita tidak punya apa-apa untuk berharap, hidup adalah tanpa tujuan.” Rasul Paulus di sini menekankan, bahwa walaupun kondisi fisiknya semakin melemah, tetapi dia tidak putus asa. Di pasal dua kita mengetahui bagaimana Paulus bersaksi tentang penderitaan yang dihadapinya. Nyawanya menjadi taruhan. Tetapi, karena ia memiliki pengharapan, sehingga ia mengatakan bukan yang kelihatan yang saya percaya tetapi yang tidak kelihatan itu yang saya nantikan. Kita baca 2 Korintus 1:8-10 8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.  9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.  10 Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi.” Paulus memiliki pengalaman iman kepada Tuhan, Allah telah menyelamatkan dia, dalam perjalanan hidupnya. Itulah sebabnya Paulus menaruh pengharapan dan tidak putus asa. Lemah fisik dirasakan oleh Paulus, tetapi itu tidak mengalahkan kepercayaannya kepada Tuhan. Karena ia menaruh pengharapan kepada Tuhan. Surat Ibrani 12:3-4 mengatakan “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.  4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.
Pengharapan itu membawa kita dalam kemenangan iman, menguatkan kita dalam penderitaan yang kita alami. Sebab, lebih dari pada itu Tuhan telah menanggungnya.
Contoh:
Bapak/ibu yang terkasih, Ketika seorang petani mengolah tanah, menaburkan benih, memberi pupuk, memberikan sistem pengairan yang baik, menjaga ladangnya dari hama, dan merawatnya dengan intensif, petani tersebut memiliki sebuah harapan bahwa apa yang dilakukannya akan menghasilkan hasil panenan yang besar. Tidak ada petani yang tidak mengharapkan hasil apapun atas jerih payahnya. Semuanya dilakukan untuk sebuah pengharapan.
Relevansi/aplikasi:
Bagaimana dengan kita sekarang ini, seorang petani punya harapan dalam pekerjaannya agar ada hasil yang banyak. Petani tahu, karena di memiliki harapan bahwa nantinya akan membawa hasil yang banyak. Demikian juga Paulus, Paulus memiliki harapan dan tidak putus asa, karena dia tahu ada harapan yang membawa kemenangan. Penelitian ilmiah mengatakan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan gereja menolong kita untuk mampu menjalin hidup ini. Sebab kita menemukan harapan di situ.

2. Merindukan hadirat Allah (ay. 1-5):
Manusia, masing-masing memiliki kerinduan. Ada banyak hal yang dirindukan manusia dalam hidupnya. Apa itu rindu. Rindu artinya sangat ingin atau berharap benar terhadap sesuatu, akan kemerdekaan; Dalam ayat 1-5, Paulus mengatakan kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi. Setiap orang pasti mau mengalami hal ini. Tetapi tidak semua orang bisa mengalaminya. Kerinduan ini, nyata apabila kita berada dalam pengharapan. Kemenangan yang diperoleh Paulus adalah karena kerinduannya untuk berada di kediaman sorgawi. Paulus memahami bahwa hidup di bumi membuat kita menderita, namun dengan kerinduan hadirat Allah dalam hidup kita itulah yang memberi kita kemenangan, kelegaan dan kekuatan.
Merindukan hadirat Allah membentengi jiwa kita dari kegelisahan dan ketakutan yang sedang kita alami di bumi ini. Kejahatan menggerogoti hidup kita, tetapi dengan merindukan hadirat Allah kita di kuatkan, dimampukan untuk kuat dan lega dari apa yang kita hadapi.
Paulus menekankan bahwa kehidupan kita ini memiliki jiwa yang merindukan kediaman Allah. Mengapa demikian, sebab tempat kita di bumi ini tidak menyenangkan, menekan hidup, berbagai tantangan yang kita hadapi. Ada banyak hal yang menjadi penghalang iman kita kepada Tuhan. Godaan-godaan selalu mengikuti kita. Namun, lebih dari pada itu Paulus melihat bahwa tempat saya bukan di dunia ini.
Walaupun, tubuh saya menderita tetapi jiwaku selalu merindukan Allah. Pengenalan dan kerinduan Paulus akan kehadiran Allah dalam hidupnya telah melepaskan jiwanya dari ancaman maut, ketakutan dan kekuatiran, jiwanya terselamatkan. Dia mengalami kemerdekaan, dia tidak terikat dengan apa yang dialami oleh fisiknya, tetapi dia mengikat dirinya di dalam penyertaan Tuhan dan janji Allah.
Contoh:
Pemazmur mengatakan “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.” Di manakah kita menemukan hadirat Allah, Mazmur mengatakan “siang dan malam ku renungkan FirmanMu, Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi; sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar. Bapak/ibu yang di kasihi Yesus Kristus, dengan inilah kita bisa menemukan kebutuhan  melalui merenungkan Firman Allah dalam Alkitab, mencari pencerahan, pertumbuhan iman.
Relevansi/aplikasi:
Kerinduan hadirat Allah membawa kesembuhan batiniah kita, melalui merenungkan Firmannya kita menemukan hadirat Allah, lewat doa, dan harapan kita mampu melihat bahwa Allah adalah Immanuel “Allah yang menyertai kita”

3. Tabah/percaya/yakin/kuat
Ketabahan, merupakan sebuah proses kekuatan jiwa seseorang. Ketabahan bukan saja proses yang identik dengan kemiskinan sandang-pangan, tetapi dalam arti luas bisa berarti tabah menghadapi penderitaan akibat penyakit atau cobaan hidup yang dihadapkan pada masalah interaksi, relasi, dan kehilangan orang terdekat.
Kekuatan jiwa yang bernama tabah ini, merupakan kemampuan seseorang dalam memproses kedatangan “rasa sakit di badan” dan “rasa susah di pikiran” . Ketabahan, erat kaitannya dengan jiwa seseorang yang mempunyai sesuatu pegangan, umumnya keyakinan yang berkaitan dengan agama dan keyakinan pada Sang Pencipta. Dengan demikian, sangat penting seseorang mempunyai keyakinan yang dijalani dengan sepenuh jiwa, sebagai bekal menghadapi cuaca kehidupan yang selalu berubah dan penuh kejutan.
Kobasa dkk. dalam Journal of Personality and Social Psychology (1982) menjelaskan ketabahan hati sebagai suatu konstelasi/hubungan karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya untuk menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres. Orang yang memiliki ketabahan hati memiliki keberanian berkonfrontasi/menentang pada perubahan atau perbedaan dan menarik hikmah dari keadaan tersebut (Foster & Dion, 2004).
Bapak ibu yang terkasih, Paulus sekali lagi menegaskan hidup kami, hidup karena percaya. Paulus senantiasa tabah dalam menjalani hari-hari yang dilewatinya. Ia mendapatkan kekuatan jiwa disebabkan karena kerinduannya kepada Allah, merindukan tempat kediaman sorgawi. Di sinilah kemenangan orang-orang yang berharap dan senantiasa merindukan hadirat Allah. Ia mendapatkan kekuatan jiwa, menemukan kelegaan dan jawaban dari apa yang diderita dan dialaminya saat dibumi. Sekali lagi kehidupan orang yang berkemenangan di sebabkan karena dia memperoleh ketabahan yang kekal yaitu di dalam Yesus Kristus.
Contoh:
2 Tawarikh 17:3-6   3 Dan TUHAN menyertai Yosafat, karena ia hidup mengikuti jejak yang dahulu dari Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal,  4 melainkan mencari Allah ayahnya. Ia hidup menurut perintah-perintah-Nya dan tidak berbuat seperti Israel.  5 Oleh sebab itu TUHAN mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya. Seluruh Yehuda memberikan persembahan kepada Yosafat, sehingga ia menjadi kaya dan sangat terhormat.  6 Dengan tabah hati ia hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN. Pula ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala.
Yosafat, menemukan kekuatan jiwa, sebab ia menjalankan apa yang Tuhan kehendaki. Yosafat tidak berpaling menyembah berhala, melainkan ia mengikuti jejak pendahulu/nenek moyangnya yaitu Daud. Ia mendekatkan dirinya kepada Tuhan seperti pemazmur mengatakan (mazmur 119:174) Aku rindu kepada keselamatan dari pada-Mu, ya TUHAN, dan Taurat-Mu menjadi kesukaanku.
Relevansi/aplikasi:
Bapak/ibu yang terkasih sering kali kita, tidak mendapatkan kekuatan jiwa seperti yang Paulus rasakan, mengapa demikian hanya bapak/ibu yang tahu. Tetapi, saya mau mengatakan tabah, berarti kita yakin dan percaya bahwa kemenangan itu hanya ada apabila kita terus berserah dan mendekatkan diri dalam hadirat Allah. Yosafat di sertai Tuhan karena ia menyerahkan hidup sepenuhnya di dalam Tuhan.
Kesimpulan:
Bapak/ibu yang terkasih di dalam Yesus Kristus, lanjut usia adalah suatu anugerah, oleh karena itu walaupun penderitaan, tantangan, atau fisik semakin lemah. Mari, kita jangan putus asa menghadapi itu semua. Karena kita memiliki pengharapan, karena kita merindukan hadirat Allah, dan lebih dari itu jiwa dan kehidupan kita dikuatkan. Paulus dan pemazmur dan raja Yosafat memperoleh kekuatan, karena ia tahu bahwa di dalam Tuhan dan kediaman Tuhan adalah tempat kemuliaan yang kekal. Berharap bukan karena melihat tetapi berharap karena merindukan hadirat Tuhan, dan tabah/percaya di dalam Tuhan. Sebab, Allah yang menyertai dan melindungi orang yang berserah kepadaNya. Amin.

Ditulis oleh Hudiman Waruwu.

2 komentar: