Rabu, 14 November 2012

BELAJAR HIKMAT DARI SATWA



Amsal 30:24-33
Kitab Amsal berisi kumpulan ucapan ringkas yang berupa nasihat-nasihat etis-praktis. Ungkapan nasihat yang disampaikan ada dalam bentuk kalimat yang lugas, atau langsung, namun juga ada yang disampaikan dalam bentuk perumpamaan dan pembandingan.
Perikop yang menjadi bacaan kita yaitu dari Amsal 30:24-33, merupakan bagian dari perkataan Agur bin Yake. Perkataan Agur ini merupakan ungkapan kepolosan dan kejujuran dari tipikal orang yang sederhana. Namun ia juga tipikal orang yang bekerja kers, berdisiplin, dan penuh perencanaan. Mampu merefleksikan hikmat Allah dengan pengamatan hal-hal sederhana dalam hidupny sehari-hari. Agur mengatakan bahwa manusia perlu belajar dari hikmat Allah melalui paling sedikit 4 binatang yang ada di sekitar kita.
1.    Bangsa semut.
Semut bangsa yang tidak kuat, namun menyediakan makanannya di musim panas. (Amsal 6:6-8).
2.    Pelanduk.
Pelanduk atau kancil oleh Agur disebut sebagai bangsa yang lemah namun mendirikan rumah di atas gunung batu untuk beroleh aman dan menjagai hidupnya. Ini jelas menggambarkan gabungan antara kecerdikan dan kerja keras.
3.    Belajar dari belalang.
Belalang tidak mempunyai raja namun berbaris teratur. Ini mengajarkan kepada kita akan sikap hidup yang mandiri.
4.    Belajar dari cicak.
Kita belajar akan kemampuan adaptasi atau penyesuaian diri dengan berbagai lingkup yang ada.
 
Dari contoh-contoh ini, kita bisa belajar tentang keteraturan, kecerdikan, kemandirian, fleksibilitas. Serta menyadarkan kita semua bahwa hidup berhikmat ternyata tidak identik dengan gelar studi dan tingkatan ilmu pengetahuan. Hikmat bersumber dari Firman Tuhan yang terjalani dalam hidup dengan murni dan konsekwen.
            Tuhan memberkati

Pdt. J. Budi Santoso

Selasa, 13 November 2012

ALLAH PEMELIHARA HIDUP ORANG PERCAYA



Kitab Esther 4:1-17
Allah tidak saja sebagai Sang Pencipta, tetapi Dia juga Sang pemelihara.  Allah memelihara alam semesta, termasuk bumi sampai sekarang ini.  Manusia-manusia yang serakah merusak bumi ini dengan cara mengekploitasinya secara sewenang-wenang – mengeruk isi bumi dengan alat-alat teknologi canggih, membabat hutan seenaknya sendiri, membuat polusi, membuang sampah dan limbah sembarangan akibatnya bencana alam – krisis ekologi terjadi di mana-mana.  Namun tidak demikian dengan Allah,  Dia mencipta dan Dia juga memelihara. Bumi diciptakan oleh-Nya dan sampai sekarang dipelihara-Nya.  Bumi diatur sedemikian rupa suhunya sehingga dapat dihuni.  Bahkan seluruh alam semesta dijaga dan diaturnya secara menakjubkan dan mempesona, seperti misalnya tata surya yang terorganisir sesuai orbitnya masing-masing.  Tentunya semuanya ini ada di alam semesta karena Allah yang menciptakannya dan juga  sampai sekarang tangan Allah yang perkasa masih memeliharanya terus.  Allah masih memberikan roh kehidupan untuk bumi ini dan kita masih dapat tinggal di dalamnya. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita bersyukur. 
Allah tidak saja memelihara  alam semesta dan bumi ini, tetapi Dia juga memelihara anak-anak-Nya, umat yang dikasihi-Nya tanpa henti.  Di dalam Kitab Esther ini diceritakan bahwa ada seorang kepercayaan Raja yang sangat jahat, (pembesar utama di atas pembesar-pembesar lainnya)Haman.  Gara-gara ada satu orang Yahudi(Mordekhai) yang tidak mau sujud dan menyembah saat Haman masuk gerbang istana raja, maka  Haman – pembesar ini panaslah hati.  Kemudian dia merancang untuk membunuh Mordekhai dan seluruh bangsa Yahudi yang ada di wilayah Persia.  Kejam dan sadis sekali orang ini, kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya tidak ditunjukkan melalui pelayanan dan belaskasihan tetapi malah kesewenang-wenangan, ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan yang culas, liar dan keji.
Tetapi Allah Israel adalah Allah yang tidak tertidur dan terlelap.  Ia menyelamatkan umat-Nya dengan cara yang ajaib.  Dia Allah Sang pemelihara yang memberi perlindungan untuk anak-anak-Nya. Ia sanggup melakukan hal-hal tertentu agar karya keselamatannya terjadi atas hidup kita. Mordekahi dan orang Yahudi lainnya diselamatkan oleh Allah dengan caranya yang ajaib.   Allah Alkitab adalah Allah pemelihara orang-orang yang menjadi milik-Nya. Amin.     

Pdt. Minggus Minarto Pranoto

MEMBANGUN MEZBAH DOA DALAM KELUARGA




Keluarga adalah sesuatu yang berharga bagi Allah. Ada beberapa contoh dalam Alkitab bahwa Allah menyelamatkan keluarga umat-Nya  dari pembinasaan orang-orang fasik yang Allah lakukan. Nuh beserta istri dan anak serta menantunya diselamatkan dari air bah, Lot beserta istri dan anaknya juga diselamatkan dari pemusnahan Sodom dan Gomora. Selain itu, Allah memberkati keluarga Abraham dan juga  keluarga Yakub. Kita juga memperoleh gambaran mengenai ibadah keluarga yang dilakukan oleh orang-orang beriman ini. Karena itu  ibadah keluarga merupakan aktivitas penting dan melalui ibadah keluarga, Tuhan berkenan mencurahkan berkat-Nya.

Apakah artinya mezbah keluarga ?  Bagaimana kita saat ini memahami dan menerapkan mezbah keluarga ini ?  Menurut arti kata-nya, mezbah adalah tempat korban dipersembahkan.  Mezbah Doa dalam keluarga berarti pusat dimana keluarga bersama berdoa. Doa artinya komunikasi dua arah dengan Sang Pencipta. Mezbah Doa  dalam keluarga berarti tempat kebersamaan keluarga untuk hidup berpusat dan dipimpin oleh Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Mezbah pertama yang dicatat Alkitab adalah mezbah yang didirikan oleh Nuh (Kej.8:20; 9:1). Melalui mezbah inilah Nuh mempersembahkan korban yang merupakan suatu penyembahan kepada Tuhan. Yang menarik untuk kita perhatikan disini adalah mezbah ini didirikan oleh Nuh, tetapi sebagai respon atas perbuatan Nuh, Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya. Jadi mezbah yang didirikan Nuh bukanlah mezbah pribadi tetapi mezbah keluarga.

           
  1. Mezbah keluarga membuat hidup kita diarahkan kepada Tuhan.  Setiap hari, keluarga kita mempunyai waktu khusus buat Tuhan. Dengan  demikian hidup kita relatif terlindung dari dosa dan perpecahan keluarga.
  2. Mezbah keluarga membuat anggota keluarga diikat satu sama lain dalam kasih Kristus. Bila ada perselisihan, ibadah keluarga  mempercepat pemulihan suasana harmonis dalam rumah tangga.
  3. Mezbah keluarga membuat anggota keluarga bertumbuh secara rohani. Anak-anak akan mempunyai kenangan indah bagaimana mereka dibimbing oleh orangtua mereka dalam hal iman dan Firman Tuhan.
  4. Anak-anak dalam keluarga yang secara rutin menerapkan  mezbah keluarga akan lebih mudah diajar dan lebih peka terhadap  kebenaran. Mereka secara kritis akan bertanya mengenai arti rohani  dari pengalaman-pengalaman mereka. Dampaknya, kita pun memiliki  lebih banyak kesempatan untuk menjelaskan kebenaran dan memahami apa  yang mereka pikirkan.
  5. Persekutuan keluarga membuat seluruh anggota keluarga lebih kuat untuk menghadapi tekanan hidup. Ini dapat terjadi karena ketika kita bersekutu bersama, setiap anggota keluarga memiliki kesempatan untuk saling memperhatikan dan saling mendukung.

Mezbah  keluarga lebih mudah dilakukan bila kita dapat mengupayakan relasi keluarga yang harmonis. Orangtua yang takut akan Tuhan dan anak-anak yang dididik sejak usia sangat muda di dalam Tuhan merupakan modal penting dalam membangun suasana ibadah dalam  keluarga. Selamat berbakti melalui keluarga!

Pdt. Henoch Edi Haryanto

KEMBALI SAMBIL MEMULIAKAN ALLAH



Lukas 17 : 11 – 19
10 orang Kusta? Yang benar saja! Seperti serombongan besar belalang yang mengancam tanaman jagung di ladang. Ancaman bagi siapa saja yang bertemu dengan mereka. Ancaman sebisanya dihindari dan jangan sekali – kali dihadapi jika memang tidak yakin. Penolakan keluarga dan masyarakat terhadap keberadaan mereka, terkadang melebihi penderitaan fisik yang disebabkan oleh virus kusta tersebut.
Namun orang – orang kusta tersebut tak lekang berpengharapan akan hidup masa depan yang baik. Oleh sebab itu mereka bertindak pro aktif untuk meraihnya dengan resiko besar. Mereka akan ditolak dan dilempari batu oleh orang banyak. “  Yesus, Guru, kasihanilah kami!” seruan keras terakhir yang mampu mereka suarakan. Hanya demi memperoleh perhatian dan belas kasih Yesus. Sepertinya di tempat pengasingan mereka, berita mengenai Yesus tentu menjadi berita hangat. Yesus yang menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mengusir roh jahat, menjadi pematik harapan mereka. Dengan sisa keberanian mereka menyerukan permohonan kepada Yesus. Jawaban Yesus nyaris tidak dipahami.  Mereka butuh kesembuhan, bukan para imam. Namun mereka memilih taat dan  segera beranjak menemui para imam. Ditengah perjalanan mereka memperoleh kesembuhan.
Dari kesepuluh orang kusta tersebut kita belajar. Dan dari 1 orang kusta yang kembali, kita belajar lebih banyak dan yang paling diperkenan Yesus  yakni:
1. Muliakanlah Allah
2. Mengucap syukur
3. Memperoleh iman yang menyelamatkan
Amin. Tuhan memberkati

Pdm. Resnu Legowo

SALIB KELUARGAKU



( Lukas 9 : 23, 22 : 42 , Ibrani 5 : 9 )
Tuhan Yesus berkata kepada murid2 Nya : ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” ( Lukas 9 : 23 ). Salib siapakah yang perlu kita pikul ?  Salib Kristus ? Apa maksudnya ?
Kita perlu mengerti bahwa orang Kristen terpanggil untuk memikul salibnya sendiri setiap hari. Salib adalah lambang penderitaan, atau lebih tepat lagi, lambang penderitaan sebagai pengorbanan.
Setiap anggota keluarga mempunyai salib. Yang menjadi masalah bukanlah mengapa salibku demikian berat, sedangkan  sesamaku hidup begitu bahagia atau salib saudaraku demikian ringan . Tetapi bagaimanakah sikap kita menghadapi salib kita masing-masing.
Seorang pakar Psikologi Perkembangan Erik Erikson mengatakan bahwa salah sastu cirri kedewasaan adalah sifat generativitas, yang dimaksud bukanlah berproduksi atau berkembang biak secara biologis, melainkan mengembangkan mutu ;hidup bati generasi selanjutnya.  Tokoh- tokoh seperti Rasul Paulus, Nabi Yeremia, Pascal, Florence Nightingale, Erasmus, ibu Theresa, dsb adalah orang yang dapat mewariskan dan menyalurkan kecakapan, pengetahuan dan nilai-nilai hidup kepada generasi selanjutnya. Mereka hidup sendiri tetapi mereka tidak hidup untuk diri sendiri, melainkan untuk kalangan luas.
Setiap orang tua ingin mencintai dan mendidik anaknya. Mendidik artinya mengantar naradidik keluar atau melepas anak keluar. Dalam kenyataannya  banyak orang tua jusgtru bukan melepas anaknya keluar, melainkan menahan anaknya di dalam kungkungan pengaruh dan kekuasaan orang tua dalam perbagai bidang hidup. Godaan terbesar bagi orangtua adalah menjadi posesif ( bersikap memeiliki) dan protektif ( bersikap melindungi ) secara berlebihan terhadap anak.
Marilah kita meneladani Tuhan Yesus dalam memikul salib yang menjadi bagian kita yaitu penderitaan dan persoalan  yang merupakan bagian  dari hidup kita sehari-hari. Tuhan Yesus menerima penderitaan secara aktif,  yaitu memanfaatkan penderitaan sebagai pelajaran untuk menumbuhkan atau mendewasakan ketaatanNya kepada Bapa di sorga ( Ibrani 5 : 8 ).
Tuhan Yesus menjadi sumber acuan dan nilai hidup Kristiani, yaitu membawa damai, murah hati, rasa tanggung jawab, komitmen, menghargai waktu, kerja keras, adil, peduli, jujur, rendah hati , dan semua perbuatan baik. Anak-anak perlu mendapat nasihat, wejangan, pengarahan dan teladan nyata.
 ( Ev. Oeke Wudiyono, S. Th.)

JALAN LURUS JALAN TUHAN YESUS



Pembacaan: Amsal 3: 1-6
Pendahuluan:

Keadaan Negara yang sangat memrihatinkn. Kalau dilihat dari analysis Thomas Lickona sepuluh tanda kehancuran sebuah bangsa semuanya sudah terekm di Indonesia. Korupsi, ketidak jujuran dan orang beragama hanya ritusnya saja, bukan intinya menjadi orang beragama. Tidak ada suatu perubahan hidup. Tidak ada yang disebut transformasi, atau hidup baru.

I.                   Mengikuti Ajaran Tuhan
Ayat 1,2 mengajak kita sekalian untuk mengikuti jalan Tuhan, seperti Yoshua ketika dia dipanggil untuk menggantikan Musa memebawa umat Israel memasuki tanah Kanaan. Tiak boleh menoleh ke kiri atau ke kanan. Terus ikut jalan Tuhan, Pasti dia akan berumur panjang. Yang dimaksud dengan umur panjang bukan tidak mati mati, tetapi hidup yang berguna bagi orang lain. Hidup yang bertujuan tidak asal hidup seperti hewan.

II.                Piranti Hidup Bermakna
Ayat 3, 4 menyebutkan dua hal penting sebagai piranti hidup bermakna, yaitu Kasih dan Kesetiaan. Kasih memang segala-galanya. KedatanganNya ke dunia memang karena Kasih yang melebihi segala keadilan dan yang lain. Bela rasa yang sangat tinggi itu dinyatakan dalam AnakNya yang Tunggal Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita, manusia dari dosa kita. Yohanes 3: 16. Kemudian kesetiaan adalah unsur yang tidak bisa ditinggalkan. Karena dia adalah salah satu rasa buah Roh dalam Galatia 5: 23, dan merupakan suatu tanda dari keluarga yang harmonis.

III.             Tidak Bergantung Pada Kekuatan Diri Sendiri
Ayat 5 Amsal menyebutkan supaya kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri, Tuhan maha kuasa, Dialah sumber kekuatan kita. Kadang Tuhan menggunakan manusia lain untuk menyalurkan kuasaNya. Percayalah Dia akan menyelamatkan kita. Kita bisa tahu betapa terbatasnya manusia ketika kena stroke, tidak berdaya sama sekali. Tanda tangan saja tidak mampu. Betapa perlunya tiap hari mengucap syukur, Tuhan masih memberi kemampuan kepada kita tiap hari.

IV.             Kristen Di manapun Berada
Dalam ayat 6 Amsal ingin mengatakan bahwa orang yang beragama itu tidak cukup kalau hanya menjalankan ritusnya saja, kalau mau Tuhan meluruskan jalan kita, kita harus melakukan dalam hidup sehari-hari ajaran dari agama yang kita peluk. Di manapun berada kita selalu menyatakan ajaran itu, sehingga orang lain tahu bahwa kita adalah milik Kristus.

Pdt. Em. Mesach K.

Jumat, 21 September 2012

Semua makhluk Hidup Berdampingan dengan Harmoni



Lukas 4:18-19

Pdt. Paulus Hartono

Kata Yesus “Berbahagialah orang yang membawa damai” mat 5:9. Yesus tidak mengatakan yang mencintai damai tetapi membawa. Karena hampir semua orang pada dasarnya mencintai kedamaian tetapi sedikit yang mau mengusahakan perdamaian. Hal inilah yang membuat mengapa pada dasarnya kita merasa tidak enak ketika ada konflik dengan yang lain, bahkan dengan anak dan istri, keluarga. Atau konflik dengan lingkungan dengan merusaknya. Tetapi seringkali hati nurani tertindas oleh berbagai kepentingan yang membuat manusia dikalahkan dengan segala bentuk keserakahan.
Dalam bagian kata-kata Yesus ini kita diingatkan bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk mengusahakan perdamaian minimal dengan diri sendiri. Damai itu tidak datang begitu saja perlu adanya respons dari menusia untuk ambil bagian dalam menghadirkan kedamaian.
Yesus mengingatkan pada kita betapa pentingnya hidup berdamai dengan semua orang termasuk pada semua makhluk karena perdamaian adalah tema sentral dalam Alkitab baik di PL maupun PB setelah tema keselamatan dan pengampunan.
Dibagian Injil yang lain Luk 4:18-19. Perdamaian adalah tahun rahmad Tuhan yang telah datang dan tergenapi dalam kehadiran Yesus. Kedamaian pada semua makhluk yang mengalami ketertindasan karena ketidakadilan, kemiskinan, sakit penyakit akan dibebaskan dengan dua hal yang penting yaitu:
Kehadiran Roh Allah secara nyata dalam kehidupan manusia. Roh Allah akan membimbing manusia untuk dapat berdamai dan menemukan perdamaian pada sesama dan alam sekitarnya. Roh Allah akan membuat manusia merasa tidak nyaman jika melakukan tindakan yang menyakitkan atau menindas sesamanya bahkan merusak alam sekitarnya.
Hal yang kedua adalah keadilan. Sikap adil yang bersumber pada kebenaran Kristus akan menolong manusia untuk dapat bersikap dan bertindak adil. Dalam tema perdamaian yang dikumandangkan nabi Yesaya adalah tema keadilan. Dalam ketertindasan manusia terenggut kedamaiannya. Terkait dengan hal ini Alkitab mengingatkan pada kita untuk tidak melakukan kesewenang-wenangan terhadap siapapun karena Allah sangat mengasihi dan akan hadir dalam ketertindasan. Allah akan membela mereka yang ditindas sesamanya dan akan memberi hukuman pada yang melakukannya. Amin. 

PERIKSALAH KEHIDUPAN ROHANI ANDA


 (Mat. 28: 18-20/Mark.16:15)
GKMI  Kenari :23/9/2012

Bagaimana seandainya ada lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan & Pengajarannya  dimulai dari Play Group,TK, SD, SMP,SMA dan Perguruan Tinggi (S1,S2, S3) tanpa tes, tanpa ulangan & tanpa ujian  langsung lulus S3 ? Apakah anda akan memasukkan  anak2 anda untuk belajar kesana ?. Dan kalau ada , apakah kita akan mengakui kwalitas kesarjanaan yang diberikannya ?.  Saya yakin tidakkan?. Bukankah kwalitas kecerdasan seseorang sangat ditentukan oleh hasil tes, ulangan & ujiannya? Tapi aneh dg orang Kristen. Berapapun  lamanya  kita menjadi orang Kristen tidak ada tes/ujian yg kta pakai untuk mengevaluasi/mengukur kwalitas pertumbuhan & kemajuan iman kita. Jadi kalau ada lembaga pendidikan(pemuridan) tanpa ujian & tes itulah Gereja .
Padahal  sejak awal Tuhan memerintahkan kepada para muridNya & siapapun yg menjadi murid Kristus. FirmanNya ”pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu”. .Artinya gereja adalah gereja/orang Kristen adalah orang kristen kalau ia berada dalam kegiatan pemuridan.(cf. Markus 16:15)
Mari kita periksa kehidupan pertumbuhan Rohani kita sampai hari ini. Seharusnya memang banyak tetapi ijinkan saya mengambil dari 3 hal dulu aja .
1.      Kita mulai dari kegiatan dasarnya dulu yaitu meliputi :
a. Kegiatan doa,(sebagai nafas iman)
b. Saat teduh waktu khusus sebagai sarana ungkapan privesi kita dengan Tuhan
c. Belajar Alkitab secara rutin sebagai makanan rohani.Artinya perlu ada keseimbangan antara
    makanan jasmani dan rohani
d. Kesungguhan bersekutu karena kita adalah tubuh Kristus.
e. Bersaksi kepada dunia sebagaimana kehrmatan yg Tuhan berikan kepada kita sebagai garam & terang dunia. Kalau 5 hal ini tidak atau kurang kita miliki tidak ada bukti bahwa iman kita masih hidup.
2.      Pertumbuhan  Partisipasi dan kontribusi kita kepada Gereja (tubuh Kristus) .
Setiap orang Kristen pasti diberi talenta oleh Tuhan supaya kita punya makna yang jelas sabagai anggota tubuh Kristus . Sebab pada saatnya Tuhan mohon pertanggungan jawab untuk menentukan kita pasti masuk Sorga/neraka ( Mat. 25: 14 -30)
3.      Karakter Kristen (Filp.4: 8 – 9)
Sudah sejauh mana  akomulasi dalam pelbagai ungkapan kehidupan yang telah dan terus menerus kita perjuangkan dalam hidup kita yang membuktikan bahwa kita lni betul2 ciptaan baru. (2 Kor. 5 : 17)
Pengalaman membuktikan kalau 3 hal ini kita hidupi penyertaan Tuhan adalah fakta & pengalaman sesehari dan setiap saat.
Tuhan memberkati.

Pdt. Em. David Sriyanto

Rabu, 15 Agustus 2012

Beragama dengan Welas Asih dan Tulus Hati


Matius 5:7-8

Pdt. Rudiyanto, MTh


Agama itu berwatak ambivalen, mendua. Begitu kata para pengamat agama. Betapa tidak! Di satu sisi agama mengilhami banyak orang untuk melakukan karya-karya luhur kemanusiaan. Tentu kita tidak asing mendengar nama Mahatma Gandhi dan Bunda Theresa.

Tapi di sisi lain agama juga mendorong orang untuk melakukan percederaan terhadap kemanusiaan. Karena agama, orang memandang pihak yang berbeda keyakinan dengannya sebagai kafir – dan karena itu layak dilenyapkan dari muka bumi. Demi agama orang berperang. Demi agama orang menghadirkan terror dalam hidup sesamanya. Tak heran bila cendekiawan Lloyd Steffen mengatakan bahwa agama bisa menjadi kekuatan pro-kehidupan, tapi bisa juga menjadi kekuatan anti-kehidupan.

Lantas keberagamaan macam apakah yang semestinya dihayati para pengikut Yesus Kristus? Tuhan kita pernah meringkaskan orientasi keagamaan yang sejati: mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Dengan menegaskan itu, Tuhan kita sedang menantang kecenderungan banyak orang untuk meninggikan Allah sedemikian rupa namun pada saat yang sama mengabaikan bahkan meremehkan kemanusiaan. Dengan tepat Alm. Rama Mangunwijaya membahasakan orientasi sejati itu dengan “memuliakan Allah, mengangkat sesama – khususnya yang lemah, miskin, dan tertindas.

Dalam Matius 5.7-8, Tuhan Yesus mengemukakan jiwa yang menghidupi orientasi beragama yang sejati itu. Dia berkata-kata tentang “orang yang murah hati.” Yang dimaksud adalah orang yang welas asih, yang, pertama, mampu turut merasakan penderitaan orang lain dan karena itu berbuat sesuatu untuk menolongnya. Kedua, orang yang welas asih juga mampu mengampuni orang lain, bahkan membalas kejahatan orang lain dengan kebaikan.

Tuhan Yesus juga berkata-kata tentang “orang yang suci hatinya.” Suci hati sangat berbeda dengan sekadar suci secara lahiriah. Di tengah kegandrungan para fanatikus agama pada hal-hal lahiriah semata, Tuhan Yesus mengajak orang untuk beragama secara otentik. Asli. Itu berarti beragama dari hati. Beragama yang menyadari bahwa seseorang senantiasa berada di hadapan Allah. Beragama yang tulus, jujur. Beragama dengan motivasi dan orientasi yang benar di hadapan Allah.

Di tengah kancah kemajemukan di satu sisi dan sekularisme di sisi lain, kita diajak untuk menghayati keberagamaan kita dengan jiwa welas asih dan ketulusan hati. Terpujilah Allah! (RA_Ags12) *** 

Jumat, 20 Juli 2012

Masa Depan Gereja.



Matius 24:4-22.
Apakah hari esok akan lebih baik? Dari pada kita berspekulasi, marilah kita melihat bagaimana Tuhan, Kepala gereja telah menubuatkan! “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!” Peringatan tadi disebabkan karena “Banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.” (Matius 24:4). “Kamu akan diserahkan supaya disiksa dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” (ayat 9-12).
Betapa susah dan beratnya bagi para murid Tuhan ketika suasana tadi terjadi! Dikuatkan oleh Yohanes dalam buku terakhir dalam Alkitab, “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat, barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan didrinya!” (Wahyu 22:11). “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat, akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.” (ayat 21,22).
Bersama-sama dengan semua murid Tuhan, kita diminta untuk “mempersingkat”  saat yang sangat sukar tadi karena apabila tidak, “Sekiranya mungkin - Mesias-mesias dan nabi-nabi palsu – (akan) menyesatkan orang-orang pilihan juga.” (ayat 24). Caranya? Injil Kerajaan harus diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa! (ayat 14).  Disadari atau tidak, Amanat Agung tetap sangat penting bagi semua gereja! Sa-yangnya apa yang kita anggap sudah kita ketahui dengan baik tadi seringkali tidak kita lakukan. Kalau toh kita melakukannya acapkali dengan cara yang keliru!
Sejak awal, Tuhan kita mengutus para murid untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Sayangnya, alih-alih menjadi saksi, kita malah menjadi pendakwa, penuntut (jaksa), hakim dan sekaligus algojomya! Dalam sebuah buku yang berjudul UN-Christian, kita sepatutnya digelisahkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset terkenal (George Barna group).Kita tahu bahwa tidak sebarang orang boleh diminta menjadi saksi! Yang penting, sebagai saksi orang harus tahu benar apa yang dia harus saksikan! Dan Alkitab mengajarkan bahwa kesaksian kita akan diteguhkan di hadapan dua orang saksi! Tetapi Alktab juga mencatat bahwa ketika Maria Magdalena dan teman-temannya bersaksi tentang Yesus yang sudah bangkit, murid-murid yang lain pun masih tidak percaya. Itulah sebabnya Kleopas disertai temannya pulang kampung! Bukan hanya itu. Tomas, walau mendengar kesaksian murid-murid yang lain, masih tidak mau percaya sebelum untutannya dia buktikan! Kalau demikian, apakah upaya untuk mempersingkat waktu kesusahan, penderitaan dan aniaya tadi akan menjadikan kesaksian kita lebih mudah?
Kalau Tuhan Yesus sendiri telah menyatakan bahwa kesusahan yang akan dan pasti terjadi nantinya akan menjadi begitu dahsyatnya sehingga belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi itu tiba, apakah kita akan sanggup menghadapinya? Ingat “Segala yang hidup tidak akan ada yang selamat!”  Sebagai gereja pewaris keyakinan gerakan Anabaptis, kalau kita bandingkan dengan apa yang telah dialami oleh para pendiri gerakan tadi dan telah mereka bayar secara mahal, akan mampukan kita? Lalu bagaimana kita akan menjawab apa yang digariskan oleh Tuhan kita? “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
Kita perlu diingatkan, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Dan dari firman Tuhan jugalah kita tahu: “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah…Akulah pokok anggur dan kamulah rantng-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di alam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkannya ke dalam api lalu dibakarDalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 8:31,32; 15:2,5-8).  (CC).
Doa: Ya Bapa, ampuni hamba-Mu yang mudah tergiur mendengar suara orang  asing dan malah mau mengikutinya sehingga hamba-Mu menjadi sesat. Ajar hamba-Mu mendengar hanya suara Gembala yang benar dan menolak untuk mengikuti suara yang lain. Ya Bapa, hamba meminta agar kehidupan iman hamba-Mu mengakar di dalam Kristus secara semakin dalam dan dibangun di atas Kristus sehingga hamba tetap dipelihara dalam anugerah-Mu yang menyelamatkan! Mampukan hamba-Mu menjadi saksi-Mu di tengah-tengah masyarakat yang sangat majemuk! Terima kasih ya Roh Kudus,dan terima kasih untuk firman Tuhan dan gereja-Nya. Amin.

oleh: Pdt. Charles Christano

BERJALAN DALAM MISTERI ILLAHI



(Kejadian 12:1-3)

”Lihatlah ke dalam Alkitab,
hati manusia yang mendengarkan dan merespon
menjadikan Allah yang transenden (jauh) akan menjadi imanen (dekat).”
(Bapa gereja Benediktus, abad IV)

Hati manusia menjadi tempat ’persemaian’ dimana benih yaitu sikap mendengarkan tidak hanya sampai pada tataran telinga melainkan perlu hingga tataran hati. Abraham sebagai ”Bapa Orang Beriman” memberikan teladan bagaimana berjalan dalam misteri Illahi:
  1. Tuhan menjadi penyapa (ayat 1).
Tuhan menempatkan diriNya sebagai inisiator yang terlebih dahulu menyapa, namun hal ini tidak pernah ada artinya tanpa kesediaan mendengarkan dan merespon dengan setia. Mendengarkan sapaan bukanlah perkara yang mudah karena membutuhkan kesetiaan dan untuk berani mempertahankan dengan setia karena adanya keyakinan akan nilai (value).
  1. Berani keluar dari zona nyaman (ayat 2).
Ur-Kasdim pada konteks sejarah dunia kuno merupakan daerah yang mapan secara sosial dan ekonomi karena menjadi pusat pertanian, perindustrian, perdagangan dan budaya. Abraham dipanggil untuk keluar dari zona nyamannya. Zona nyaman menolong bagi pertumbuhan namun tak jarang membuat seseorang mengalami kemandegan. Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita tidak hanya diundang untuk percaya padaNya tapi mempercayakan padaNya.
  1. Berbagi kehidupan (ayat 3).  
Sapaan Tuhan yang penuh dengan rahasia (misteri) tidak hanya menjadikan kehidupan ini sebagai milik yang harus dipertahankan melainkan anugerah yang harus diterima dengan tangan terbuka dan dibagikan. Untuk dapat menjadi berkat, bukan berapa banyak harta yang kita miliki namun berapa kemurahan hati yang sanggup kita berikan.
Hidup beriman tidak selalu berarti segalanya dapat dipastikan namun justru menuntut sebuah keberanian menapaki jalan kehidupan yang mungkin belum jelas dan bahkan memang tidak perlu jelas diawal. Keberanian membiarkan direngkuh Tuhan memampukan seseorang untuk melangkah.
Selamat melanjutkan perjalanan hidup dipertengahan tahun 2012 ini dalam misteri Illahi.



Pdt. Stefanus Christian Haryono, MACF
(Pendeta Tugas Khusus GKMI Pati di Fakultas Theologia UKDW, Yogyakarta)  

Sabtu, 16 Juni 2012

MEMANDANG SEPERTI YESUS


Teks : Matius 9:18, 23-25
Satu lagi mujizat besar dan spektakuler yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus dengan membangkitkan anak perempuan yang telah meninggal. Dalam mujizat kali ini, Tuhan Yesus tidak hanya membangkitkan anak perempuan yang meninggal, tetapi melalui ini, Tuhan Yesus juga sedang mengajarkan kepada setiap orang percaya tentang kekuatan menghadapi masalah.
Kematian anak perempuan bagi seorang ayah adalah masalah yang sangat serius bahkan bisa dikategorikan sebagai beban yang paling berat untuk ditanggung.  Tetapi kepala rumah ibadat di Yerusalem ini mampu menghadapinya karena ia datang kepada alamat yang tepat untuk minta pertolongan, sekalipun Tuhan Yesus tidak banyak melakukan mujizat di kotanya sendiri karena orang-orang disana tidak percaya kepada Yesus. Tetapi kepala rumah ibadat ini tetap percaya dan datang kepada Yesus untuk minta pertolongan.
Melalui mujizat ini Yesus sedang mengajarkan cara memandang masalah tidak lebih besar dari Allah kita. “anak ini tidak mati, tetapi tidur” (ay 24). Mati dan tidur jelas kondisi yang berbeda, dan Tuhan Yesus tahu persis bahwa anak perempuan ini sudah mati. Disinilah cara pandang Yesus yang harus kita teladani, Yesus melihat Kuasa Allah jauh lebih besar dari Kematian sekalipun, sehingga tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan di dalam kasih Tuhan.
Sering kita merasa masalah kita sangat besar dan berat. Kemungkinan karena kita terlalu terfokus kepada masalah itu sendiri sehingga semakin lama terlihat semakin besar. Jangan katakan kepada Tuhan betapa besarnya masalahmu, tetapi katakana kepada masalah, engkau punya Tuhan yang Maha Besar.
Salam
Muria

Pembaharuan Budi


Pembaharuan Budi

Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada
Allah, dan yang sempurna

Roma 12:2


  Pernahkah Saudara menjumpai orang Kristen yang egois, sombong, suka marah, pendendam, tamak, atau masih sering jatuh dalam dosa?  Tentu saja pernah, bahkan sering (kita sendiri mungkin  masih memiliki sifat-sifat seperti itu).  Kondisi seperti ini tentunya tidak Tuhan kehendaki.
 Sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus, kita disebut sebagai ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17).  Artinya, kita bukan saja telah memperoleh status yang baru sebagai orang-orang yang sudah dibenarkan, tapi kita juga harus memiliki kehidupan yang baru.  Itulah sebabnya di Surat Roma 12:2, Rasul Paulus menasihatkan agar kita jangan lagi menjadi serupa dengan dunia (seperti hidup kita yang lama), melainkan berubah oleh pembaharuan budi (pikiran dan hati kita).

Pada saat kita percaya kepada Kristus, pikiran dan hati kita tidak otomatis berubah.  Itulah sebabnya kita perlu mengubahnya.  Pikiran-pikiran yang lama harus kita buang dan diganti dengan perkara-perkara rohani dan hal-hal yang berkenan pada Tuhan.  Jika tidak, maka kehidupan kita akan masih seperti yang dulu (dengan sifat-sifat seperti yang disebut di atas), sehingga kita gagal untuk memuliakan Allah dan menjadi batu sandungan.

Hati dan pikiran kita perlu dibaharui, karena dari sanalah terpancar kehidupan kita (Amsal 4:23; Markus 7:21-23).  Perbuatan dan perkataan kita itu merupakan ekspresi dari hati kita atau apa yang kita pikirkan.  Kalau hati dan pikiran kita benar, maka hidup kita akan benar, demikian pula sebaliknya.  Sebab itu, mari, dengan pertolongan Roh Kudus, kita mau mengubah pikiran kita, mengisinya dengan kebenaran Firman Allah, dan memusatkan pikiran kita pada semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajik-an, dan patut dipuji (Filipi 4:8), sehingga kita semua dapat memiliki hati dan pikiran Kristus, dan memuliakan Nama-Nya.

Pdt. Benyamin Swandi Utomo

PARAKLETOS PENGGANTI KRISTUS




Yohanes 14:25-26

Kehidupan Murid Kristus selaku orang yang percaya dan taat Yesus Kristus adalah hidup yang indah.  Hidup ini mengandung janji pengharapan surgawi.  Pengharapan ini antara lain:
<1>  ada jaminan kemerdekaan yang sejati dari
  kuasa dosa (Yoh 8:30-36);
<2>  ada jaminan kebangkitan dan kehidupan, atau
  keselamatan dan kemenangan yang sejati atas
  maut (Yoh 11:25, 18-44);
<3>  ada jaminan kediaman kekal di dalam dunia
  surgawi yang akan datang (Yoh 14:1-3).

Semua janji di atas itu adalah harapan semua orang.  Tetapi janji itu diberikan hanya bagi Murid Kristus, yaitu orang-orang yang mau menghayati Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat (Yoh 8:31, 36; 11:25-26; 14:1).  Bila kita mendambakan janji itu, terimalah Dia itu sebagai Tuhan dan Juruselamat.
 Namun hidup Murid Kristus juga merupakan realitas yang kritis.  Hal itu ditandai dengan aneka godaan, cobaan, bahkan ancaman oleh karena Kristus.  Hidup kritis itu dinyatakan dalam Injil Yohanes dari fakta-fakta antara lain sebagai berikut:
<1>  Ancaman mati “orang-orang Yahudi” terhadap Tuhan Yesus dan
         para Murid yang meresahkan para Murid (11:8, 16; 12:9-11);
<2> Rongrongan Iblis terhadap pribadi dan misi Kristus, baik secara
langsung maupun melalui para Murid tersebut (13:2, 27, 36-38
bdk. Mrk 8:33; Luk 4:2, 13, 33-35, 41; 10:17-20; 22:3, 31-34).
Keadaan kritis itu semakin mencekam oleh kenyataan bahwa Tuhan Yesus juga harus pergi meninggalkan mereka dan kembali pada Bapa.

Dalam konteks kritis inilah Tuhan Yesus menjanjikan kedatangan Sang Allos Parakletos, yang akrab kita sapa sebagai Roh Kudus, untuk menggantikan Dia selama kepergian-Nya pada Allah Bapa hingga saat Ia datang kembali untuk menyempurnakan keselamatan kita.  Tentu ini merupakan janji yang indah dan menggugah; apalagi telah digenapi pada Pentakosta Kristen pertama (Kis 2:32-33).  Dalam situasi kritis itu janji Tuhan ini tentu menjadi pengajaran yang menghiburkan hati dan menjadi pengharapan yang meneguhkan iman.

Siapakah Sang Allos Parakletos atau Roh Kudus itu?

<1> Ia adalah Allos Parakletos, yaitu “Parakletos pengganti Kristus”;
<2> Ia adalah Roh kudus, “Allah yang kudus serupa Bapa & Kristus”;
<3> Ia adalah Roh yang Bapa utus dalam nama Kristus, datang dari
oleh karena doa Tuhan Yesus.

Dengan cara apa Roh Kudus menjadi Parakletos pengganti Kristus?

<1> mengingatkan segala sesuatu yang pernah Tuhan Yesus nyatakan;
<2> menjelaskan makna inti semua kata, karya, dan peristiwa yang
pernah Tuhan Yesus nyatakan;
<3> mengajarkan kata, karya, dan peristiwa Kristus yang perlu untuk
disampaikan para Murid Kristus pada dunia, baik melalui karya
tulis ilham (dalam konteks para Rasul Kristus) maupun melalui
karya ajar injili.
Adakah hari ini kita juga tengah berat terancam karena iman kita di dalam Kristus Yesus?  Adakah hari ini kita juga tengah berat tercobai karena kesetiaan kita pada Kristus Yesus?  Adakah kita juga tengah berat tergodai karena kesaksian kita bagi Kristus Yesus?  Di tengah situasi kita yang kritis karena kita adalah Murid Kristus, sebagaimana telah dihadapi oleh semua Murid Kristus pada masa para Rasul Tuhan kita, marilah kita menghayati ulang Janji Tuhan kita ini, dan memperdalam penghayatan kita akan kehadiran Sang Allos Parakletos itu.  Marilah kita percaya dan taat pada Tuhan Yesus, karena itulah kunci bagi kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita.  Dan marilah kita hidup dalam Firman Kristus, karena itulah kunci bagi kerja kuasa Roh Kudus itu melalui hidup kita.

Halleluyah – Maranatha – Amin!
Pdt. Martin LT

KRISTUS NYATA DALAM HIDUPKU




2 Korintus 4:1-15

         Dunia membutuhkan sentuhan yang nyata dari kekristenan; bukan hanya sebuah slogan atau teori, tetapi sesuatu yang mampu menghidupkan dunia.  Sebenarnya Tuhan telah mengajarkan satu metode penginjilan yang mendasar yang juga dilakukan para rasul dalam memberitakan Injil selain mereka berkhotbah.  Bukan hanya soal teologi/doktrin, tapi sebuah berita yang jauh lebih ampuh daripada sebuah khotbah, yaitu kesaksian kehidupan.  Dari di atas ada tiga kebenaran yang disampaikan.

  Pertama, kehidupan kita adalah sebuah berita atau kesaksian bagi dunia (v. 2, 10).  Kehidupan Paulus itu sangat transparan; tak ada yang ditutupi, semuanya seperti kitab terbuka, yang bisa dibaca dan dilihat semua orang karena ia menyadari bahwa kehidupannya adalah kesaksian bagi dunia.
 Paulus sangat memperhatikan bagaimana ia hidup, agar supaya ketika memberitakan Injil jangan sampai ia ditolak karena ada sikap dalam hidupnya yang menghalangi Injil diberitakan.  Paulus dengan tegas menyatakan di dalam ayat 2 bahwa hidupnya “bersih” dan patut untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

Kedua, kesaksian kehidupan kita memberitakan tentang kasih dan karya Allah yang hidup (v. 7).  Penekanan bagian ini adalah pada harta rohani yang luar biasa, yang dipercayakan di dalam bejana tanah liat.  Sesuatu yang berharga, tetapi yang disimpan di dalam satu wadah yang sangat biasa dan tidak berharga, supaya menyatakan kebesaran Allah yang empunya harta tersebut.  Injil sebagai harta rohani yang berharga itu dipercayakan kepada kita, manusia yang berdosa, supaya Kristus yang diberitakan itu dimuliakan lewat kita yang tidak ada apa-apanya.  Inti berita, pusat pemberitaan, adalah Kristus, bukan kita.

Ketiga, kesaksian kehidupan kita mampu menghidupkan orang yang melihatnya (v. . . .).  Kesaksian kehidupan kita itu jauh lebih efektif daripada sebuah khotbah.  Kesaksian kehidupan kita tersebut melampaui pertahanan intelektual.  Banyak orang kesulitan menerima sebuah khotbah atau pandangan sebuah teologia, tetapi mereka tidak bisa membantah sebuah kesaksian kehidupan, karena kesaksian hidup tersebut merupakan sebuah realita yang kita alami.  Kita mungkin sulit membawa orang datang ke gereja, karena mereka sudah punya praduga atau praanggapan terlebih dahulu; tetapi ketika kita bersaksi, maka kita membawa Kristus pada mereka dan mereka tidak dapat membantahnya karena hal itu merupakan sebuah realita.  Kesaksian kehidupan kita berdampak luar biasa, lebih daripada sebuah khotbah.  Hasilnya adalah membawa kehidupan pada orang lain.

Soli Deo Gloria
Ev. Tientien Lienardy

KELUAR SEBAGAI PEMENANG




Matius 4:1-11


Dalam hidup ini manusia dihadapmukakan dengan berbagai-bagai masalah, tantangan, hambatan, kesulitan dan pencobaan.  Banyak orang menjadi putus asa ketika harus menghadapi cobaan dan tantangan berat, tapi kita perlu belajar dari Firman Tuhan yang menjanjikan kepada kita bahwa pencobaan-pencobaan yang kamu alami itu tidak akan melebihi kekuatanmu.

  Apa saja pencobaan yang sering kita alami?  Bisa berupa kesulitan ekonomi, sakit penyakit yang melekat pada tubuh, ataupun juga tekanan-tekanan dari lingkungan sekitar kita.

  Melihat dari pengalaman Tuhan Yesus sendiri ketika menghadapi pencobaan yang berat, ternyata Ia mampu menghadapinya dan bahkan Ia keluar sebagai pemenang.  Di mana rahasianya sehingga Ia bisa keluar sebagai pemenang?
Iblis berkata, “Jikalau Engkau Anak Allah . . .” sampai tiga kali.  Tetapi Yesus tahu bahwa Ia bukanlah “kalau-kalau” atau “jikalau”, melainkan bahwa Ia “benar-benar Anak Allah”, sehingga Iblis tidak mampu menjatuhkan-Nya.

2>    IA mengenal tujuan hidup dan kedatangan-Nya

         Tujuan dan kedatangan Tuhan Yesus itu adalah untuk mati dan menebus dosa kita.  Dengan pengetahuan seperti ini, maka Iblis yang hendak menyimpangkan rencana keselamatan Allah bagi manusia itu tidak mampu berhasil, karena Tuhan Yesus memang datang ke dalam dunia ini untuk mengorbankan diri-Nya.

3> IA sangat menguasai Firman Tuhan

Tiga kali pencobaan Iblis datang kepada Tuhan Yesus, tiga kali pula pencobaan itu ditanggapi Tuhan Yesus dengan Firman Tuhan.  Tuhan Yesus berkata, “Ada tertulis”, “ada tertulis”, dan “ada tertulis lagi”, karena Ia menguasai Firman Tuhan.

Kalau kita mau keluar sebagai pemenang, maka haruslah juga kita:
1> Mengenal diri sendiri
2> Mengenal tujuan hidup kita
3> Mengenal dan menguasai Firman Tuhan

Amin!

Pdt. Haniel Handojo



Selasa, 08 Mei 2012

TARGET BACA ALKITAB


Yohanes 20:30-31


         Nas kita memberitahu “maksud penulisan Injil Yohanes”.  Dari satu sisi, ada target tertentu dalam penulisan Injil ini.  Dari sisi lain, ada target khusus pula yang harus kita raih dari pembacaan Injil ini.

  Alkitab adalah kata hati Allah yang esa dalam wujud karya tulis (2Tim 3:16); diilhamkan atau dinubuatkan Roh Allah yang sama (2Ptr 1:20-21); menyaksikan pribadi, hati & karya Allah melalui pribadi, hati & karya tokoh utama, Yesus Kristus (bdk. Mat 5:17; Luk 24:27, 44-47; Yoh 5:39; Kis 10:43; Rm 1:1-4); meski dituliskan sejumlah anak manusia dengan latar belakang sifat, keluarga & jaman yang khas & khusus.  Dari sifat esa Alkitab, bisa dikatakan bahwa nas kita juga mengandung target umum dalam pembacaan seluruh Alkitab.  Seiring program “Tiada Hari Tanpa Alkitab” maka berikut ini adalah beberapa target tersebut.

 1)      Kita memiliki hikmat/wahyu dasar iman tentang Kristus

         Penulis Injil Yohanes menyatakan, “semua yang tercantum di sini telah dicatat”.  Kata “telah dicatat” di sini dari kata Yunani γεγραπται, dengan akar kata γραφω. Kata ini mengandung arti sebagai “sesuatu yang dituliskan sebagai suatu catatan informasi atau pengetahuan”.

Isi Injil Yohanes khususnya, dan isi Alkitab umumnya, adalah “informasi, kesaksian, atau hikmat yang dicatat secara sadar, teliti, dan pasti” oleh para penulisnya menjadi “buku, kitab, atau karya tulis yang bisa dibaca & dibacakan”.  Karya itu disampaikan agar pembacanya “dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Luk. 1:1-4; kata “dapat mengetahui” dalam Luk 1:4 berasal dari kata έπιγνως, dengan akarnya έπιγινωσκω; mengandung juga arti “mengenal” – Luk 24:31, “mengenal dengan sempurna” – 1Kor 13:12, “menyadari” – 1Kor 14:37, “menghargai” – 1Kor 16:18, “memahami’ – 2Kor 1:13, “memastikan” – Kis 24:11); melalui karya tulis itu para pembaca diharapkan memperoleh segala hikmat/wahyu yang mendasari “iman” mereka.  Maka Target Baca Alkitab ‘pertama” yang seharusnya kita gapai itu adalah “melalui Program Baca Alkitab ini kita memiliki hikmat/wahyu dasar iman  mengenai Kristus Yesus”.

(2) Kita memiliki rasa percaya terhadap Kristus Yesus

Melalui tulisannya Penulis Injil mau “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah”.  Kata “kamu percaya” berasal dari kata πιστευ[ς]ητε, dengan akarnya πιστευω. Kata ini bisa berarti “percaya [akan]” (Yoh. 2:22; Yak 2:19), juga berarti “percaya [dalam]” (Yoh 2:23), “percaya [pada]” (Yoh 3:15), “mempercayakan [diri pada]” (Yoh 2:24), “menanggungkan [pada]” (1Kor 9:17).

Injil Yohanes dan Alkitab disampaikan agar para pembacanya “percaya, mempercayai & mempercayakan diri pada Kristus”.  Maka target baca Alkitab adalah juga “kita memiliki rasa percaya purna pada Kristus” sebagaimana Tomas (Yoh 20:28).  Dan Ia layak dipercayai oleh karena “Yesuslah Mesias, Anak Allah” yang tunggal itu.

3)      Kita memiliki kesatuan rohani pribadi dengan Kristus Yesus

         Penulis Injil Yohanes juga rindu “supaya kamu oleh imanmu [itu] memperoleh hidup dalam nama-Nya”.  Kata “hidup” ini berasal dari kata ξωην, dengan akar ζωηDalam Injil Yohanes ini kata ini mengandung arti “hidup kekal yang ada dalam persekutuan, persatuan, atau pergaulan pribadi dengan Allah dan Kristus Yesus” (bdk. Yoh. 17:3).

Injil Yohanes dan seluruh Alkitab adalah tulisan yang disampaikan agar pembaca “memperoleh hidup dalam nama-Nya“, yaitu “memiliki hidup kekal karena relasi pribadi dengan Allah dan Kristus”.  Dengan ini, target baca Alkitab kita ialah terwujudnya kesatuan, kepaduan, serta keakraban hidup pribadi kita dengan pribadi Allah dan Kristus.

Membaca habis Alkitab ratusan kali itu baik & memang selayaknya.  Namun dengan tiga target rohani tersebut tentu pembacaan kita menjadi sehat dan menghidupkan.  Mari kita giat, tekun & setia baca Alkitab agar dewasa, sehat, dan sempurna dalam iman kita selaku murid Kristus.

Halleluyah—Maranatha—Amin!
Pdt. Martin LT