Minggu, 15 April 2012

MELANGKAH DI DALAM TUHAN Mazmur 90:1-12




Pendahuluan
Selamat malam Bp/Ibu yang terkasih dalam Kristus. Kehidupan di dunia ini penuh warna. Berbagai macam hal yang kita jumpai dan rasakan setiap hari. Terang pada siang dan gelap pada malam hari. Itulah yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sukacita dan dukacita sama-sama dirasakan. Manusia sebagai makhluk yang terbatas dalam ruang dan waktu, mencari kehidupan. Keterbatasan manusia ini membawa dirinya untuk mengenal dan mengetahui apa yang dapat menopang dan menguatkannya untuk mampu mengenal apa yang ada di luar dirinya. Keadaan dan pemahaman ini manusia menemukan Tuhan sebagai Allah yang tidak terbatas dengan ruang dan waktu, tidak tergantung kepada segala sesuatu. Ia adalah yang trasenden dan tak terhampiri. Lagu menyatakan jalan Tuhan tak terselami  oleh setiap hati manusia. Dr. John Calvin di dalam bukunya Institutes of the Christian Religion mengajarkan, “Without knowledge of self there is no knowledge of God” (= Tanpa pengenalan akan diri tidak ada pengenalan akan Allah).2  Hal serupa ditekankan sebaliknya oleh Calvin sebagai satu konsep integratif, “Without knowledge of God there is no knowledge of self” (=Tanpa pengenalan akan Allah tidak ada pengenalan akan diri).3  Artinya pengenalan akan Allah dan pengenalan akan manusia adalah dua hal yang bisa dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan. Dari dua pernyataan ini, Calvin menyatakan bahwa pengenalan akan diri dimulai dari pengenalan akan Allah, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, Allah adalah sumber kita mengenal diri sendiri.Pengenalan kepada Tuhan, itulah yang menuntun hidup manusia dan berserah kepada Allah. Manusia tidak lepas dengan Sang Trasenden yang melampaui batas ruang dan waktu. Sebab, manusia tidak mampu memahami apa yang akan terjadi hari ini dan ke depan. Sebagai kita pengikut Kristus, murid Kristus yang hidup dalam satu komunitas yaitu Keluarga Allah perlu mendasarkan pengertian kita untuk mampu melangkah di dalam Tuhan selama nafas masih ada. Bagaimana kita melangkah/berserah di dalam Tuhan:

1. Mengakui Kedaulatan Allah
Pernyataan Doa Musa ini menunjukkan kedaulatan Allah. Allah berdaulat dengan tidak terbatas dengan segala sesuatu. Ini sesuai dengan perkataan Paulus pada waktu ia berkata bahwa Allah 'mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendakNya' (Ef 1:11). Independent of all others (tidak tergantung pada semua yang lain).
(Matt. 10:29-30, Luke 12:7)" [= Peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terkecil dikontrol secara langsung oleh Dia sama seperti peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terbesar (Mat 10:29-30, Luk 12:7)
Contoh: kasus Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh) dan Azarya (Abednego) yang menolak menyembah ilah asing dalam bentuk patung emas. Mereka berani mengatakan kepada raja Babel, Nebukadnezar (yang sedang menjajah Israel) bahwa mereka tak mau menyembah ilah asing, karena mereka percaya di dalam Allah yang sanggup melepaskan mereka dari hukuman bagi mereka, yaitu dapur perapian. Tetapi seandainya, Allah tidak melepaskan, mereka pun berani mengatakan bahwa mereka tak akan mengkhianati Allah dengan menyembah ilah asing (perhatikan ucapan mereka di dalam Daniel 3:16-18, “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”) Inilah iman Kristen yang benar, yaitu memercayai Allah yang sanggup melepaskan umat-Nya dari penderitaan sekaligus Allah yang Berdaulat yang bisa juga tidak melepaskan umat-Nya tersebut. Saya menyebutnya sebagai terobosan iman. Iman Kristen bukan iman yang “memercayai” “Allah” yang menurut pada kemauan kita untuk diklaim janji-janji-“Nya”, tetapi iman Kristen adalah iman yang berani menerobos segala kesulitan dengan berharap dan beriman mutlak di dalam Allah yang berdaulat yang bisa melepaskan kita dari kesulitan, dan bisa juga tidak melepaskan kita dari kesulitan, tetapi memberikan kekuatan kepada kita untuk menghadapinya. Mengapa kita dapat beriman sedemikian? Karena kita percaya satu hal bahwa rancangan dan jalan Tuhan bukanlah rancangan dan jalan kita (Yesaya 55:8).
Bapa/ibu yang terkasih. Menyangkali kedaulatan Allah merupakan pandangan yang tidak tepat dimana pada akhirnya akan menghasilkan pemikiran humanistis (pemujaan manusia) dan legalisme. Sebaliknya menyangkali tanggung jawab manusia juga tidak tepat sebab beresiko untuk membawa kita jatuh kedalam fatalisme (pasrah pada nasib). Oleh karena itu kita perlu memiliki pandangan alkitabiah yang seimbang antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.

2. Menyadari rentannya kehidupan
Dalam Mazmur menyatakan bahwa hidup ini akan berakhir, dan tidak selamanya menikmati dunia/tinggal di dunia ini. Rentannya kehidupan ini oleh banyak pakar disimpulkan, sebagai dampak samping teknologi ciptaan manusia yang lepas kendali. Yang sebabnya tak mampu diprediksi, dan yang akibatnya tak sanggup diatasi. Karenanya racun paling berbisa bagi masa depan umat manusia, sebenarnya terletak pada diri manusia sendiri. Pada kecenderungan hatinya: kesombongannya, kepalsuannya, kedengkiannya, serta pementingan diri sendiri. Dari waktu ke waktu kita menyaksikan, bagaimana kebenaran dipasung oleh kebohongan dan kemunafikan. Bagaimana manusia menyembah ilah-ilah palsu, yang kini tak lagi bernama Baal atau berbentuk anak lembu mas, tapi bernama etno-nasionalisme, etno-religionisme, materialisme, hedonisme serta egosentrisme.
Jika kita memperhatikan dunia ini dengan tenang, kita akan melihat setiap orang itu sibuk sepanjang hidup mereka, tetapi sesungguhnya untuk apa? Kapan baru dapat melupakan semua ini agar tidak lagi mengejar berbagai hal dengan susah payah ? Aku pikir kata mutiara dari pujangga Su Dongpo  betul-betul telah menampilkan kondisi hati yang dimaksud. " Aku selalu menyayangkan bahwa tubuh ini bukanlah milikku, sampai kapan  aku berhenti menikmatinya demi kepentingan sendiri?"
Memandang hambar pada ketenaran dan keuntungan bukan saja dapat memperpanjang usia, tetapi juga dapat memurnikan tubuh dan pikiran, membuat diri sendiri merasakan kebebasan dan keleluasaan yang sejati. Pertanyaannya sekarang: mana yang kita pilih melangkah di dalam Tuhan atau memilih jalan sendiri?
Ada salah satu nasehat untuk orang Indian Cherokee dari AS yang mengatakan: “ketika engkau lahir, engkau menangis sementara semua orang di sekitarmu tersenyum. Jalanilah hidupmu sedemikian rupa sehingga pada saat engkau mati, semua orang disekitarmu menangis sementara engkau terseyum.”
Ungkapan ini mengajarkan kepada kita agar kita hidup menjadi orang yang berguna bagi sesama kita. Sehingga pada saat kita mati nanti kit mewariskan kebajikan kepada orang-orang di sekitar kita.

3. Menjalani hidup dengan bijaksana
Poin yang ketiga melangkah di dalam kita harus menjalani hidup bijaksana. Mazmur 90:11-12, mengungkapkan seruan doa, memohon kemampuan untuk menjalani hari-hari dengan bijaksana. Bijaksana dalam pengertian ini, memberikan kita pemahaman bahwa kebijaksanaan yang paling tinggi itu adalah dari Tuhan. Doa Musa, menunjukkan kepada kita bahwa pengertian Musa akan keterbatasannya sebagai hamba Tuhan. Dia tidak mengandalkan hikmat manusia, hikmat diri sendiri. Hal ini juga tertera dalam penjelasan Paulus kepada jemaat di Korintus. Paulus mengawali suratnya dalam pengertian hikmat dunia dan hikmat sorgawi. Suatu hal yang berlwanan. Bukankah hikmat dunia yang selalu diandalkan. Bukankah dengan rasio dan akal menjadi jawaban dari segala sesuatu. Tetapi, Musa dan Paulus mengatakan bahwa hikmat sejati dan kekal itu ada di dalam Tuhan. Sumber dari kebijaksanaan adalah Firman Allah. Yesus Kristus Matius 7:24"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Contoh: ITB 1 Raja-raja 4:31 Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, dari pada Etan, orang Ezrahi itu, dan dari pada Heman, Kalkol dan Darda, anak-anak Mahol; sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya. Dalam Yesaya5:21 mengatakan Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar!
Disinilah kita menempatkan diri seperti apa yang dikatakan dalam Wahyu 13:18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.” Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.

Pentup: Bp/ibu yang terkasih biar ketiga hal ini memperlengkapi pemahaman kita untuk melangkah di dalam Tuhan. Kita sebagai pengikut Kristus mengakui kedaulatan Allah, menyadari rentannya kehidupan sehingga kita hidup bijaksana di dalam melangkah bersama Tuhan. Biar seperti apa yang dikatakan Maria kepada Tuhan “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku sesuai dengan perkataanMu. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Ditulis oleh Hudiman Waruwu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar