Minggu, 15 April 2012

Hidupku Bagi Yesus Yesaya 35:1-10



 Minggu ini kita memasuki minggu Adven ke III, yang dikenal sebagai Adven Natalis, masa penantian akan hadirnya penyelamatan Allah melalui kelahiran Sang Juru Selamat. Sebelum kita berbicara mengenai kalahiran bayi Yesus Sang Jurus Selamat, baiklah kita memahami terlebih dahulu konteks pengharapan umat Israel akan tindakan penyelamatan Allah. Bagi bangsa Isrel, penyelamatan dari Allah atas umatNya terwujud dalam dua pengharapan yang sangat jelas. Pertama, adanya restorasi total bagi umat dan bangsa yang telah berdosa. Bangsa Israel akan dibersihkan, dan sisa sisa yang bertobat akan dikembalikan menjadi cikal bakal bagi pembentukan umat yang baru (Yes 10:21-22). Kedua, Dari sisa sisa umat yang terkumpulkan ini, Allah menumbuhkan pengharapan akan hadirnya Sang Raja Damai. Hadirnya Sang Raja Damai ini tidak dengan kekuatan bala tentara dan peperangan sebagaimana gambaran pengharapan umumnya bagi orang orang tertindas, namun dalam gambaran yang lembut dan rentan. Ia digambarkan sebagai tunas yang tumbuh di tanah yang kering (Yes 53:2). Tunas kecil kudus, yang muncul dari tunggul pohon2 besar (pohon jawi jawi dan pohon beringin) yang tertebang (Yes 6:13). Tunas yang akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, kehormatan dan kebanggaan bagi orang orang yang terluput (Yes 4:2), yang keluar dari tunggul Isai (Yes 11:1).
Kontrakdiksi akan penghancuran dan penyelamatan Allah ini, menarik untuk kita renungkan. Ini menjadi simbol penciptaan ulang Allah akan umat manusia dan kehidupan secara umum. Di tengah situasi yang kacau balau (chaos) Allah bertindak untuk mencipta ulang. Seolah kisah Kejadian 1:11 terulang lagi.  Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Penciptaan Allah dimulai dengan penataan dan pertumbuhan melalui tunas yang baru.
Di sinilah iman penantian (adventus) Natal, kita coba letakkan. Menantikan kedatangan hari Tuhan yang menyelamatkan, dimulai dari tumbuhnya kekudusan hidup bagi Allah. Menyambut Natal diperlukan  sikap hati dan sikap hidup yang tulus dan kudus. Jika kita membaca Yesaya 35:1-10, dan berkaca dari Firman Tuhan tersebut, maka kita bisa belajar menegakkan pengharapan (kudus) kita sbb: Pertama, tetaplah optimis dan bergirang dalam pengharapan kepada pembebasan dan penyelamat Allah. Jangan mudah tawar hati jika melihat kebenaran seolah kalah dengan kejahatan, kekudusan tertelan oleh kezaliman. Iman akan senantiasa tumbuh bagai tunas di tanah yang gersang. Kedua, nantikan waktu Tuhan. Pemulihan dan pertolongan Tuhan pasti akan dinyatakan sesuai dengan waktu dan rencanaNya.  Tuhan akan mencelikan mata dan membuka telinga. Tanah gersang akan diubahkan menjadi lahan bersumber mata air. Ketiga, Natal adalah merupakan  jalan kekudusan Allah, jalan yang dinyatakan lewat anakNya yang tunggal. Agar melalui jalan tersebut kita bisa memperoleh kebenaran dan kehidupan
Dengan ketiga sikap hidup tersebut, maka kita sekarang siap untuk menyambut hadirnya Sang Raja Damai dengan sikap hidup yang prima, optima dan ultima.

Pdt. Timotius Adhi Dharma, M.Si

Tidak ada komentar:

Posting Komentar