Minggu, 15 April 2012

Perdamaian, Buah Latihan Rohani. Ibrani 12:1-14.



Tepat pada hari ini diadakan Hari Doa Untuk Anak-anak Sedunia. Sekjen Religions For Peace International  minta agar kita melibatkan diri dalam gerakan “Hentikan kekerasan Terhadap Anak-anak!”
Sesungguhnya ada latihan yang lebih awal dan mendasar! Sebagai suami-isteri, kita harus berlatih untuk mengupayakan hidup berkeluarga secara damai! Apabila kita sendiri bersedia belajar secara berdisiplin – dimulai dari yang sederhana untuk selanjutnya kita tingkatkan - sehingga hidup kita diwarnai oleh suasana dapat saling menerima, menghargai dan menghormati, maka anak-anak kita akan lebih mudah belajar dari kita sendiri!
Ketika kehidupan bermasyarakat kita menjadi semakin carut-marut,  tidak sedikit orang yang mencari-cari bagaimana kita dapat hidup berdampingan dalam berbagai macam kemaje-mukan tetapi kedamaian itu dapat dialami, pasti banyak orang akan senang menirunya.
Hidup memang susah, sudah dari awal. Ketika Kain dan Habel sedang mempersembahkan korban syukur pun sudah membuahkan iri hati, cemburu dan berakhir dengan pembunuhan di antara saudara kandung sendiri! Kini wajah agama malah semakin kehilangan pamor! Hidup bergereja pun seringkali diwarnai oleh berbagai macam intrik, kecurigaan dan perpe-cahan.
Kita harus hidup sedemikian rupa, yang berbeda dari banyak orang yang berada di sekeliling kita. Dunia sedang mencari apakah kita hidup siap “menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita semua”. Untuk itu kita dituntut agar kita melakukannya dengan tekun, setia, mengabaikan kehinaan. Cara yang terbaik adalah senantiasa melihat Yesus sebagai Guru dan Teladan kita. (cf.5:7,8).
Kata kunci yakni mendisiplin diri kita sendiri. Jelas tidak mudah dan ada harga yang harus kita bayar! Karenanya kita tidak boleh berjuang sendiri-sendiri. Kita diminta untuk saling menolong (ayat 12,13). Kita diminta untuk terus berlatih mengupayakan hidup damai dengan semua orang. Istilah yang dipakai: mengejar kekudusan. Alkitab mengajar hidup yang kudus itu bukan hidup yang begitu sempurna sehingga tidak ada lagi dosa atau kegagalan tetapi menyadari bahwa Tuhan menghendaki kita agar kita hidup sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya. Sayangnya, masih banyak dari kita yang ditinjau dari segi waktu, kita masih seperti anak-anak, yang maunya hidup dengan enak, menu kita pun hanya yang lunak dan manis atau gurih. (CC).
Doa: Ya Bapa, ampuni saya karena saya begitu malas untuk berdisiplin diri sehingga saya lebih mudah hanyut mengikuti arus dan tidak mau melawannya. Jadikan saya alat perdamaian-Mu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar