Minggu, 15 April 2012

“Gereja menghadirkan Damai Sejahtera” (Amos 5 : 21-27)




Ada pepatah Belanda yang menarik :”Jika gereja terbuat dari kayu, hati orang Kristen-nya terbuat dari emas, tetapi..... jika gereja terbuat dari emas, hati orang Kristen-nya terbuat dari kayu”! Wow!!!! Pepatah ini ingin mengingatkan agar umat beriman senantiasa menjaga kualitas hatinya, dengan cara menyadari daya cobaan yang  bisa jadi dihadirkan oleh dan melalui kemajuan lahiriah gereja secara fisik. Tentu kita perlu terus membenahi gereja kita, namun pembenahan dimensi fisik dan organisatoris gereja (bangunan, tata gereja, aturan, kesepakatan, program-program, sarana-prasarana) tidak boleh meninabobokkan kualitas hati orang!

Amos yang hidup di abad 8 BCE adalah seorang nabi dengan latar belakang awam (ia pemetik buah ara hutan, domisili aslinya di Selatan, namun TUHAN memanggilnya bernubuat di wilayah Utara). Kritiknya amat tajam. Terutama menyangkut kehidupan ibadah dan sosial dari umat. Ia memperingatkan umat untuk bertobat agar tidak dihukum. Namun agaknya umat memang bebal, tahunn 722 BCE Asyur akhirnya membumihanguskan Israel Utara (Nubuatan Amos tergenapi : 5 : 14-17).

Sebetulnya kehancuran ini bisa dihindari jika umat mau mendengarkan kritikan pedas nabi. Yang ia kritik adalah : Dikotomi ritus agama dan kesaksian hidup. Ibadah Israel memang rapi, teratur dan padat. Indah, sistematis dan rutin......namun kata nabi TUHAN ”membenci, TUHAN menghina perayaan ibadah....TUHAN tak senang dengan perkumpulan raya mereka....segala macam jenis korban : minhah, olah, syelamim, tefunah dll.......TUHAN tidak suka! Juga lagu-lagu pujian tidak mau TUHAN dengarkan.
Ingat permasalahan bukan pada TUHAN anti pujian, anti persembahan. Bukan!!! Namun jika ritual dilakukan terpisah dari kesaksian hidup di luar ibadah, maka ritual itu tak berguna! Ritus di tempat ibadah dan kehidupan di dunia mesti menjadi satu bagian yang integral. Amos menunjukkan kehendak TUHAN : ”Biarlah keadilan (misypat) bergulung-gulung seperti air dan kebenaran (tsedaqa) seperti sungai yang selalu mengalir”
Dengan kata lain : Biarlah keadilan dan kebenaran itu selalu ada dan berlimpah dalam hidupmu!!!! Itu yang dikehendaki TUHAN. Ritus oke, namun jangan membuat keokean ritus menjadi alasan pembenar ketiadaan kebenaran dan keadilan.
Terbalik! Ritus yang benar ada di tengah-tengah kehidupan kita ini. : Ibadah adalah Abodah! Ibadah (rohani) adalah (Kerja). Di semua sisi kehidupan kita melayani TUHAN dan sesama. Jangan dikotak-kotakkan. Jangan berteologi Ampibi!!!! Damai sejahtera (syalom) adalah realitas yang dibangun di atas dua kaki : Kebenaran dan Keadilan (Yesaya 32 : 16-17). Gereja baru bisa sungguh membawa shalom jika kita membawa keadilan dan kebenaran itu di dalam ritus kehidupan kita setiap hari, di rumah, di pekerjaan, di masyarakat, di dunia ini.

DKL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar