Selasa, 13 November 2012

SALIB KELUARGAKU



( Lukas 9 : 23, 22 : 42 , Ibrani 5 : 9 )
Tuhan Yesus berkata kepada murid2 Nya : ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” ( Lukas 9 : 23 ). Salib siapakah yang perlu kita pikul ?  Salib Kristus ? Apa maksudnya ?
Kita perlu mengerti bahwa orang Kristen terpanggil untuk memikul salibnya sendiri setiap hari. Salib adalah lambang penderitaan, atau lebih tepat lagi, lambang penderitaan sebagai pengorbanan.
Setiap anggota keluarga mempunyai salib. Yang menjadi masalah bukanlah mengapa salibku demikian berat, sedangkan  sesamaku hidup begitu bahagia atau salib saudaraku demikian ringan . Tetapi bagaimanakah sikap kita menghadapi salib kita masing-masing.
Seorang pakar Psikologi Perkembangan Erik Erikson mengatakan bahwa salah sastu cirri kedewasaan adalah sifat generativitas, yang dimaksud bukanlah berproduksi atau berkembang biak secara biologis, melainkan mengembangkan mutu ;hidup bati generasi selanjutnya.  Tokoh- tokoh seperti Rasul Paulus, Nabi Yeremia, Pascal, Florence Nightingale, Erasmus, ibu Theresa, dsb adalah orang yang dapat mewariskan dan menyalurkan kecakapan, pengetahuan dan nilai-nilai hidup kepada generasi selanjutnya. Mereka hidup sendiri tetapi mereka tidak hidup untuk diri sendiri, melainkan untuk kalangan luas.
Setiap orang tua ingin mencintai dan mendidik anaknya. Mendidik artinya mengantar naradidik keluar atau melepas anak keluar. Dalam kenyataannya  banyak orang tua jusgtru bukan melepas anaknya keluar, melainkan menahan anaknya di dalam kungkungan pengaruh dan kekuasaan orang tua dalam perbagai bidang hidup. Godaan terbesar bagi orangtua adalah menjadi posesif ( bersikap memeiliki) dan protektif ( bersikap melindungi ) secara berlebihan terhadap anak.
Marilah kita meneladani Tuhan Yesus dalam memikul salib yang menjadi bagian kita yaitu penderitaan dan persoalan  yang merupakan bagian  dari hidup kita sehari-hari. Tuhan Yesus menerima penderitaan secara aktif,  yaitu memanfaatkan penderitaan sebagai pelajaran untuk menumbuhkan atau mendewasakan ketaatanNya kepada Bapa di sorga ( Ibrani 5 : 8 ).
Tuhan Yesus menjadi sumber acuan dan nilai hidup Kristiani, yaitu membawa damai, murah hati, rasa tanggung jawab, komitmen, menghargai waktu, kerja keras, adil, peduli, jujur, rendah hati , dan semua perbuatan baik. Anak-anak perlu mendapat nasihat, wejangan, pengarahan dan teladan nyata.
 ( Ev. Oeke Wudiyono, S. Th.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar