(Kejadian 12:1-3)
”Lihatlah ke dalam Alkitab,
hati manusia yang mendengarkan dan merespon
menjadikan Allah yang
transenden (jauh) akan menjadi imanen (dekat).”
(Bapa gereja Benediktus, abad IV)
Hati manusia menjadi tempat ’persemaian’ dimana benih yaitu sikap
mendengarkan tidak hanya sampai pada tataran telinga melainkan perlu hingga
tataran hati. Abraham sebagai ”Bapa Orang Beriman” memberikan teladan bagaimana
berjalan dalam misteri Illahi:
- Tuhan menjadi penyapa (ayat 1).
Tuhan menempatkan diriNya sebagai inisiator yang
terlebih dahulu menyapa, namun hal ini tidak pernah ada artinya tanpa kesediaan
mendengarkan dan merespon dengan setia. Mendengarkan sapaan bukanlah perkara
yang mudah karena membutuhkan kesetiaan dan untuk berani mempertahankan dengan
setia karena adanya keyakinan akan nilai (value).
- Berani keluar dari zona nyaman (ayat 2).
Ur-Kasdim pada konteks sejarah dunia kuno
merupakan daerah yang mapan secara sosial dan ekonomi karena menjadi pusat
pertanian, perindustrian, perdagangan dan budaya. Abraham dipanggil untuk
keluar dari zona nyamannya. Zona nyaman menolong bagi pertumbuhan namun tak
jarang membuat seseorang mengalami kemandegan. Sebagai pengikut Yesus Kristus,
kita tidak hanya diundang untuk percaya padaNya tapi mempercayakan padaNya.
- Berbagi kehidupan (ayat 3).
Sapaan Tuhan yang penuh dengan rahasia (misteri)
tidak hanya menjadikan kehidupan ini sebagai milik yang harus dipertahankan
melainkan anugerah yang harus diterima dengan tangan terbuka dan dibagikan.
Untuk dapat menjadi berkat, bukan berapa banyak harta yang kita miliki namun
berapa kemurahan hati yang sanggup kita berikan.
Hidup beriman tidak selalu berarti segalanya dapat dipastikan namun justru
menuntut sebuah keberanian menapaki jalan kehidupan yang mungkin belum jelas
dan bahkan memang tidak perlu jelas diawal. Keberanian membiarkan direngkuh
Tuhan memampukan seseorang untuk melangkah.
Selamat melanjutkan perjalanan hidup dipertengahan tahun 2012 ini dalam
misteri Illahi.
Pdt. Stefanus
Christian Haryono, MACF
(Pendeta
Tugas Khusus GKMI Pati di Fakultas Theologia UKDW, Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar