Sabtu, 16 Juni 2012

MEMANDANG SEPERTI YESUS


Teks : Matius 9:18, 23-25
Satu lagi mujizat besar dan spektakuler yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus dengan membangkitkan anak perempuan yang telah meninggal. Dalam mujizat kali ini, Tuhan Yesus tidak hanya membangkitkan anak perempuan yang meninggal, tetapi melalui ini, Tuhan Yesus juga sedang mengajarkan kepada setiap orang percaya tentang kekuatan menghadapi masalah.
Kematian anak perempuan bagi seorang ayah adalah masalah yang sangat serius bahkan bisa dikategorikan sebagai beban yang paling berat untuk ditanggung.  Tetapi kepala rumah ibadat di Yerusalem ini mampu menghadapinya karena ia datang kepada alamat yang tepat untuk minta pertolongan, sekalipun Tuhan Yesus tidak banyak melakukan mujizat di kotanya sendiri karena orang-orang disana tidak percaya kepada Yesus. Tetapi kepala rumah ibadat ini tetap percaya dan datang kepada Yesus untuk minta pertolongan.
Melalui mujizat ini Yesus sedang mengajarkan cara memandang masalah tidak lebih besar dari Allah kita. “anak ini tidak mati, tetapi tidur” (ay 24). Mati dan tidur jelas kondisi yang berbeda, dan Tuhan Yesus tahu persis bahwa anak perempuan ini sudah mati. Disinilah cara pandang Yesus yang harus kita teladani, Yesus melihat Kuasa Allah jauh lebih besar dari Kematian sekalipun, sehingga tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan di dalam kasih Tuhan.
Sering kita merasa masalah kita sangat besar dan berat. Kemungkinan karena kita terlalu terfokus kepada masalah itu sendiri sehingga semakin lama terlihat semakin besar. Jangan katakan kepada Tuhan betapa besarnya masalahmu, tetapi katakana kepada masalah, engkau punya Tuhan yang Maha Besar.
Salam
Muria

Pembaharuan Budi


Pembaharuan Budi

Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada
Allah, dan yang sempurna

Roma 12:2


  Pernahkah Saudara menjumpai orang Kristen yang egois, sombong, suka marah, pendendam, tamak, atau masih sering jatuh dalam dosa?  Tentu saja pernah, bahkan sering (kita sendiri mungkin  masih memiliki sifat-sifat seperti itu).  Kondisi seperti ini tentunya tidak Tuhan kehendaki.
 Sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus, kita disebut sebagai ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17).  Artinya, kita bukan saja telah memperoleh status yang baru sebagai orang-orang yang sudah dibenarkan, tapi kita juga harus memiliki kehidupan yang baru.  Itulah sebabnya di Surat Roma 12:2, Rasul Paulus menasihatkan agar kita jangan lagi menjadi serupa dengan dunia (seperti hidup kita yang lama), melainkan berubah oleh pembaharuan budi (pikiran dan hati kita).

Pada saat kita percaya kepada Kristus, pikiran dan hati kita tidak otomatis berubah.  Itulah sebabnya kita perlu mengubahnya.  Pikiran-pikiran yang lama harus kita buang dan diganti dengan perkara-perkara rohani dan hal-hal yang berkenan pada Tuhan.  Jika tidak, maka kehidupan kita akan masih seperti yang dulu (dengan sifat-sifat seperti yang disebut di atas), sehingga kita gagal untuk memuliakan Allah dan menjadi batu sandungan.

Hati dan pikiran kita perlu dibaharui, karena dari sanalah terpancar kehidupan kita (Amsal 4:23; Markus 7:21-23).  Perbuatan dan perkataan kita itu merupakan ekspresi dari hati kita atau apa yang kita pikirkan.  Kalau hati dan pikiran kita benar, maka hidup kita akan benar, demikian pula sebaliknya.  Sebab itu, mari, dengan pertolongan Roh Kudus, kita mau mengubah pikiran kita, mengisinya dengan kebenaran Firman Allah, dan memusatkan pikiran kita pada semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajik-an, dan patut dipuji (Filipi 4:8), sehingga kita semua dapat memiliki hati dan pikiran Kristus, dan memuliakan Nama-Nya.

Pdt. Benyamin Swandi Utomo

PARAKLETOS PENGGANTI KRISTUS




Yohanes 14:25-26

Kehidupan Murid Kristus selaku orang yang percaya dan taat Yesus Kristus adalah hidup yang indah.  Hidup ini mengandung janji pengharapan surgawi.  Pengharapan ini antara lain:
<1>  ada jaminan kemerdekaan yang sejati dari
  kuasa dosa (Yoh 8:30-36);
<2>  ada jaminan kebangkitan dan kehidupan, atau
  keselamatan dan kemenangan yang sejati atas
  maut (Yoh 11:25, 18-44);
<3>  ada jaminan kediaman kekal di dalam dunia
  surgawi yang akan datang (Yoh 14:1-3).

Semua janji di atas itu adalah harapan semua orang.  Tetapi janji itu diberikan hanya bagi Murid Kristus, yaitu orang-orang yang mau menghayati Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat (Yoh 8:31, 36; 11:25-26; 14:1).  Bila kita mendambakan janji itu, terimalah Dia itu sebagai Tuhan dan Juruselamat.
 Namun hidup Murid Kristus juga merupakan realitas yang kritis.  Hal itu ditandai dengan aneka godaan, cobaan, bahkan ancaman oleh karena Kristus.  Hidup kritis itu dinyatakan dalam Injil Yohanes dari fakta-fakta antara lain sebagai berikut:
<1>  Ancaman mati “orang-orang Yahudi” terhadap Tuhan Yesus dan
         para Murid yang meresahkan para Murid (11:8, 16; 12:9-11);
<2> Rongrongan Iblis terhadap pribadi dan misi Kristus, baik secara
langsung maupun melalui para Murid tersebut (13:2, 27, 36-38
bdk. Mrk 8:33; Luk 4:2, 13, 33-35, 41; 10:17-20; 22:3, 31-34).
Keadaan kritis itu semakin mencekam oleh kenyataan bahwa Tuhan Yesus juga harus pergi meninggalkan mereka dan kembali pada Bapa.

Dalam konteks kritis inilah Tuhan Yesus menjanjikan kedatangan Sang Allos Parakletos, yang akrab kita sapa sebagai Roh Kudus, untuk menggantikan Dia selama kepergian-Nya pada Allah Bapa hingga saat Ia datang kembali untuk menyempurnakan keselamatan kita.  Tentu ini merupakan janji yang indah dan menggugah; apalagi telah digenapi pada Pentakosta Kristen pertama (Kis 2:32-33).  Dalam situasi kritis itu janji Tuhan ini tentu menjadi pengajaran yang menghiburkan hati dan menjadi pengharapan yang meneguhkan iman.

Siapakah Sang Allos Parakletos atau Roh Kudus itu?

<1> Ia adalah Allos Parakletos, yaitu “Parakletos pengganti Kristus”;
<2> Ia adalah Roh kudus, “Allah yang kudus serupa Bapa & Kristus”;
<3> Ia adalah Roh yang Bapa utus dalam nama Kristus, datang dari
oleh karena doa Tuhan Yesus.

Dengan cara apa Roh Kudus menjadi Parakletos pengganti Kristus?

<1> mengingatkan segala sesuatu yang pernah Tuhan Yesus nyatakan;
<2> menjelaskan makna inti semua kata, karya, dan peristiwa yang
pernah Tuhan Yesus nyatakan;
<3> mengajarkan kata, karya, dan peristiwa Kristus yang perlu untuk
disampaikan para Murid Kristus pada dunia, baik melalui karya
tulis ilham (dalam konteks para Rasul Kristus) maupun melalui
karya ajar injili.
Adakah hari ini kita juga tengah berat terancam karena iman kita di dalam Kristus Yesus?  Adakah hari ini kita juga tengah berat tercobai karena kesetiaan kita pada Kristus Yesus?  Adakah kita juga tengah berat tergodai karena kesaksian kita bagi Kristus Yesus?  Di tengah situasi kita yang kritis karena kita adalah Murid Kristus, sebagaimana telah dihadapi oleh semua Murid Kristus pada masa para Rasul Tuhan kita, marilah kita menghayati ulang Janji Tuhan kita ini, dan memperdalam penghayatan kita akan kehadiran Sang Allos Parakletos itu.  Marilah kita percaya dan taat pada Tuhan Yesus, karena itulah kunci bagi kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita.  Dan marilah kita hidup dalam Firman Kristus, karena itulah kunci bagi kerja kuasa Roh Kudus itu melalui hidup kita.

Halleluyah – Maranatha – Amin!
Pdt. Martin LT

KRISTUS NYATA DALAM HIDUPKU




2 Korintus 4:1-15

         Dunia membutuhkan sentuhan yang nyata dari kekristenan; bukan hanya sebuah slogan atau teori, tetapi sesuatu yang mampu menghidupkan dunia.  Sebenarnya Tuhan telah mengajarkan satu metode penginjilan yang mendasar yang juga dilakukan para rasul dalam memberitakan Injil selain mereka berkhotbah.  Bukan hanya soal teologi/doktrin, tapi sebuah berita yang jauh lebih ampuh daripada sebuah khotbah, yaitu kesaksian kehidupan.  Dari di atas ada tiga kebenaran yang disampaikan.

  Pertama, kehidupan kita adalah sebuah berita atau kesaksian bagi dunia (v. 2, 10).  Kehidupan Paulus itu sangat transparan; tak ada yang ditutupi, semuanya seperti kitab terbuka, yang bisa dibaca dan dilihat semua orang karena ia menyadari bahwa kehidupannya adalah kesaksian bagi dunia.
 Paulus sangat memperhatikan bagaimana ia hidup, agar supaya ketika memberitakan Injil jangan sampai ia ditolak karena ada sikap dalam hidupnya yang menghalangi Injil diberitakan.  Paulus dengan tegas menyatakan di dalam ayat 2 bahwa hidupnya “bersih” dan patut untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

Kedua, kesaksian kehidupan kita memberitakan tentang kasih dan karya Allah yang hidup (v. 7).  Penekanan bagian ini adalah pada harta rohani yang luar biasa, yang dipercayakan di dalam bejana tanah liat.  Sesuatu yang berharga, tetapi yang disimpan di dalam satu wadah yang sangat biasa dan tidak berharga, supaya menyatakan kebesaran Allah yang empunya harta tersebut.  Injil sebagai harta rohani yang berharga itu dipercayakan kepada kita, manusia yang berdosa, supaya Kristus yang diberitakan itu dimuliakan lewat kita yang tidak ada apa-apanya.  Inti berita, pusat pemberitaan, adalah Kristus, bukan kita.

Ketiga, kesaksian kehidupan kita mampu menghidupkan orang yang melihatnya (v. . . .).  Kesaksian kehidupan kita itu jauh lebih efektif daripada sebuah khotbah.  Kesaksian kehidupan kita tersebut melampaui pertahanan intelektual.  Banyak orang kesulitan menerima sebuah khotbah atau pandangan sebuah teologia, tetapi mereka tidak bisa membantah sebuah kesaksian kehidupan, karena kesaksian hidup tersebut merupakan sebuah realita yang kita alami.  Kita mungkin sulit membawa orang datang ke gereja, karena mereka sudah punya praduga atau praanggapan terlebih dahulu; tetapi ketika kita bersaksi, maka kita membawa Kristus pada mereka dan mereka tidak dapat membantahnya karena hal itu merupakan sebuah realita.  Kesaksian kehidupan kita berdampak luar biasa, lebih daripada sebuah khotbah.  Hasilnya adalah membawa kehidupan pada orang lain.

Soli Deo Gloria
Ev. Tientien Lienardy

KELUAR SEBAGAI PEMENANG




Matius 4:1-11


Dalam hidup ini manusia dihadapmukakan dengan berbagai-bagai masalah, tantangan, hambatan, kesulitan dan pencobaan.  Banyak orang menjadi putus asa ketika harus menghadapi cobaan dan tantangan berat, tapi kita perlu belajar dari Firman Tuhan yang menjanjikan kepada kita bahwa pencobaan-pencobaan yang kamu alami itu tidak akan melebihi kekuatanmu.

  Apa saja pencobaan yang sering kita alami?  Bisa berupa kesulitan ekonomi, sakit penyakit yang melekat pada tubuh, ataupun juga tekanan-tekanan dari lingkungan sekitar kita.

  Melihat dari pengalaman Tuhan Yesus sendiri ketika menghadapi pencobaan yang berat, ternyata Ia mampu menghadapinya dan bahkan Ia keluar sebagai pemenang.  Di mana rahasianya sehingga Ia bisa keluar sebagai pemenang?
Iblis berkata, “Jikalau Engkau Anak Allah . . .” sampai tiga kali.  Tetapi Yesus tahu bahwa Ia bukanlah “kalau-kalau” atau “jikalau”, melainkan bahwa Ia “benar-benar Anak Allah”, sehingga Iblis tidak mampu menjatuhkan-Nya.

2>    IA mengenal tujuan hidup dan kedatangan-Nya

         Tujuan dan kedatangan Tuhan Yesus itu adalah untuk mati dan menebus dosa kita.  Dengan pengetahuan seperti ini, maka Iblis yang hendak menyimpangkan rencana keselamatan Allah bagi manusia itu tidak mampu berhasil, karena Tuhan Yesus memang datang ke dalam dunia ini untuk mengorbankan diri-Nya.

3> IA sangat menguasai Firman Tuhan

Tiga kali pencobaan Iblis datang kepada Tuhan Yesus, tiga kali pula pencobaan itu ditanggapi Tuhan Yesus dengan Firman Tuhan.  Tuhan Yesus berkata, “Ada tertulis”, “ada tertulis”, dan “ada tertulis lagi”, karena Ia menguasai Firman Tuhan.

Kalau kita mau keluar sebagai pemenang, maka haruslah juga kita:
1> Mengenal diri sendiri
2> Mengenal tujuan hidup kita
3> Mengenal dan menguasai Firman Tuhan

Amin!

Pdt. Haniel Handojo